Thursday, November 28, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

Laporan Pendahuluan Mioma Uteri

MIOMA UTERI

A.    PENGERTIAN

§  Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
§  Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

B.     KLASIFIKASI

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1.      Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium.
2.      Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan kedua terbanyak.
3.      Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt (Chelmow, 2005)

C.    ETIOLOGI

  • Etiologi pasti belum diketahui
  • Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri  mempengarui pertumbuhan tumor
  • Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
  • Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:

1.      Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2.      Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3.      Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4.      Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5.      Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6.      Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7.      Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali (Khashaeva, 1992).

D.    PATOFISIOLOGI 

Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

Pathway Mioma Uteri

Pathway Mioma Uteri



E.     TANDA DAN GEJALA

   Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
  • Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o   Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena pengaruh ovarium
o   Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o   Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o   Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara serabut miometrium
§  Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
§  Pembesaran perut bagian bawah
§  Uterus membesar merata
§  Infertilitas
§  Perdarahan setelah bersenggama
§  Dismenore
§  Abortus berulang
§  Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

F.     DIAGNOSIS

Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1.      Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a.       Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b.      Kadang-kadang disertai gangguan haid
c.       Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.       Pemeriksaan abdomen
§  Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
§  Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
§  Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b.      Pemeriksaan pelvis
§  Adanya dilatasi serviks
§  Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
a.       Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
b.      Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c.       Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan infertilitas.
d.      Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e.       Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f.       Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
Mioma Uteri


G.    DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.

H.    KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
  1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
  1. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.

I.        PENATALAKSANAAN

  1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas :
a.       Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1)      Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2)      Monitor keadaan Hb
3)      Pemberian zat besi
4)      Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b.      Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1)      Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2)      Nyeri pelvis yang hebat
3)      Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4)      Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5)      Pertumbuhan mioma setelah menopause
6)      Infertilitas
7)      Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a.       Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b.      Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1)      Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2)      Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1)      Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2)      Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3)      Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering (Chelmow, 2005).
  1. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

J.      PENGKAJIAN KEPERAWATAN

§  Data biografi pasien
§  Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
§  Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
§  Riwayat kesehatan keluarga
§  Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
o   Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
o   Pemeriksaan genetalia
o   Pemeriksaan payudara
o   Riwayat operasi ginekologi
o   Pemeriksaan pap smear
o   Usia menarche
o   Menopause
o   Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
§  Kesehatan lingkungan/higiene
§  Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan.
§  Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
§  Terapi medis yang diberikan
§  Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
§  Persepsi klien terhadap penyakitnya

K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

  1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
  2. PK : Anemia
  3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
  4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
  5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
  6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
  7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan penyakit
  8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9.      Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra


L.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
 

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI

TUJUAN (NOC)

INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)

NOC : Kontrol Nyeri

Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan selama …..x 24 jam, diharapkan respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
-  Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri
-  Klien mampu melakukan tindakan pertolongan non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan distraksi
-  Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
-  Klien mampu mengontrol nyeri
-  Ekspresi wajah klien rileks
-  Klien melaporkan adanya penurunan tingkat nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 sampai 3)
-  Klien melaporkan dapat beristirahan dengan nyaman
-  Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit)
-  Tekanan darah klien dalam batas normal (120/80 mmHG)
-  Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal (12 – 20 x/menit)
 NIC
1. Manajemen Nyeri
-    Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
-    observasi isyarat-isyarat  verbal dan non verbal dari ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
-    Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu pemberian, dan benar dokumentasi)
-    Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
-    Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
-    Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-    Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
-    Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
-    Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
-    Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
-    Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
-    Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain
PK : Anemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, perawat dapat meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi dengan kriteria hasil:
-     Konjungtiva merah muda
-     Capilary refille ≤ 2 detik
-     Mukosa mulut merah muda
-     Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x 105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-47,0%)
-     Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
-     Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
-     Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan kadar Hb, RBC, Hct
-     Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
-     Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan, vitamin dan mineral sesuai indikasi
-     Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan
-     monitor efek samping dan respon pasien setelah dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres

NOC: Kontrol Cemas
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-     Perawat memonitor  tingkat kecemasan pasien
-     Klien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
-     Perawat dan keluarga dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika pasien cemas
-     Klien mampu mencari informasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
-     Klien manpu menggunakan strategi koping yang efektif
-     Klien melaporkan kepada perawat penurunan kecemasan
-     Klien mampu menggunakan teknik relaksasi  untuk menurunkan cemas
-     Klien mampu mempertahankan hubungan social, dan konsentrasi
-     Klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan
NIC
Menurunkan cemas:
-     Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
-     Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
-     Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
-     Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan dengan komunikasi yang baik
-     Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
-     Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
-     Ciptakan hubungan saling percaya
-     Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
-     Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
-     Ajarkan pasien teknik relaksasi
-     Anjurkan pasien untuk  meningkatkan ibadah dan berdoa
-     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan yang mengurangi kecemasan pasien


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
NOC :
Status nutrisi : intake makanan dan minuman
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC :
1. Manajemen Nutrisi
-  Kaji adanya alergi makanan
-  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
-  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein, karbohidrat, dan vitamin C
-  Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
-  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
2. Monitoring nutrisi
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama makan
- Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
- Monitor variasi makanan yang dikonsumsi pasien
Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi


NOC
Pengetahuan:Kontrol infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-       Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
-       Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan penyebaran
-       Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
-       Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi
NIC
Kontrol Infeksi
-   Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
-   Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
-   Batasi jumlah pengunjung
-   Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
-   Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
-   Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
-   Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien
-   Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
-   Gunakan universal precautions
-   Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
-   Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan prinsip septik dan aseptik
-   Anjurkan istirahat
-   Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi)
-   Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
NOC
Pengetahuan : proses penyakit
Pengetahuan : prosedur perawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan prosedur perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-    Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikasi
-    Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan dan manfaat tindakan.


NIC
1.      Pembelajaran : proses penyakit
-    Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
-    Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara mencegah komplikas
-    Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien
-    Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas kesehatan

2.      Pembelajaran : prosedur/perawatan
-    Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
-    Informasikan klien lama waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
-    Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan dilakukan
-    Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
-    Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama prosedur/perawatan
-    Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
-    Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan penyakit
NOC
Meningkatkan citra tubuh,
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama …... x 24 jam, diharapkan citra tubuh atau gambaran tubuh pasien meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut:
-       Pasien mengungkapkan penerimaan citra tubuh secara verbal maupuan non verbal
-       Pasien mampu mempertahankan kontak mata ketika berkomunikasi
-       Pasien mampu melakukan komunikasi terbuka
-       Pasien menunjukkan tingkat kepercayaan diri
NIC
Peningkatan citra tubuh
-   Kaji penerimaan pasien tentang kondisinya saat ini
-   Bantu klien untuk mendiskusikan perubahan tubuh akibta penyakit
-   Bantu klien untuk mendiskusikan fungsi tubuh yang terganggu
-   Kaji perasaan klien ketika berinteraksi dengan orang lain
-   Kaji persepsi klien dan keluarga tentang perubahan tubuh yang terjadi
-   Kaji strategi mengatasi masalah (koping) yang digunakan
-   Kaji apakah perubahan gambaran diri mempengaruhi hubungan sosial klien
-   Bantu klien mengidentifikasi bagian tubuh lain yang bernilai positif
-   Kaji dukungan sosial yang dimiliki klien
Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
NOC
Buang Air Besar
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama ….x 24 jam, diharapkan pasien tidak mengalamai gangguan dalam buang air besar, dengan kriteria hasil:
-    Pasien kembali ke pola dan normal dari fungsi bowel
-    Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan factor penyebab konstipasi

NIC : Manajemen Konstipasi
-      Monitor tanda dan gejala konstipasi
-      Monitor warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang air besar
-      Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian laksatif, enema dan pengobatan
-      Berikan cairan yang adekuat

Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra
NOC
Inkontinensia urin
Setelah dilakukan asuhan keperawaran selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami inkontinensia urin, dengan kriteria hasil:
-  Pasien mampu memprekdisikan pola eliminasi urin
-  Pasien mampu memulai dan memghentikan aliran urin
-  Tidak adanya tanda-tanda infeksi

NIC: Pemasangan Kateter
-  Menjelaskan prosedur dan rasional intervensi kateterisasi
-  Monitore intake dan output
-  Menjaga teknik aseptik dalam melakukan kateterisasi
-  Memelihara drainase urinari secara tertutup.




M.   Discharge Planning

1.      Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2.      Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3.      Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4.      Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5.      Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan histerektomi.
6.      Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka pada luka post histerektomi.
7.      Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8.      Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada pasien
9.      Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan dan  keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.
10.  Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.


DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
 Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas. Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya Medika,
Read more ...