ASAM BASA
A.
PENGERTIAN
Pengertian asam basa menurut Elizabeth J Corwin
(2009):
§ Asam
adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hydrogen. Suatu asam dapat kuat
atau lemah, bergantung pada derajat penguraiaannya untuk membebaskan ion
hydrogen.
§ Basa
adalah Setiap zat yang dapat menerima sebuah ion hydrogen, sehingga zat
tersebut dapat mengeluarkan ion hydrogen dari larutan. Suatu basa dapat kuat
atau lemah, bergantung pada derajat penerimaan ion hydrogen.
Keseimbangan
asam basa merupakan refleksi konsentrasi ion H+ dalam tubuh yang
direpresentasikan melalui pH. Ketika terjadi peninggian ion hidrogen, larutan
menjadi lebih asam, sebaliknya penurunan ion hidrogen, larutan menjadi lebih
basa.
Asam dan basa lemah
merupakan penyangga (buffer) yang
baik. Penyangga adalah zat yang mampu menyerap ion hydrogen dari suatu larutan,
sehingga dapat mencegah fluktuasi ion hydrogen yang besar. Sistem ini terdiri
dari larutan dengan garam-garam dari satu asam lemah atau basa lemah. Asam dan
basa lemah ini mempertahankan nilai pH dengan menambah atau melepaskan ion-ion
hidrogen. Asam-asam akan melepaskan ion hidrogen dan basa-basa akan menerima
ion hidrogen. Selain sistem buffer
ini, pH juga diatur oleh mekanisme regulasi. Regulasi dilakukan oleh paru
sebagai komponen respirasi dan ginjal sebagai komponen metabolik. Kedua
komponen ini berinteraksi secara simultan sehingga keseimbangan ion hidrogen
selalu stabil.
Penilaian keseimbangan asam basa
biasanya melalui pemeriksaan analisa gas darah, karena pembentukan asam basa
berhubungan erat dengan pembentukan gas darah. Dimana pemeriksaan gas darah
arteri ini berguna untuk menunjang pengobatan dalam penatalaksanaan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun, bila hasil pemeriksaan
berat itu ditafsirkan dengan betul.
B.
FISIOLOGI
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah
tergantung pada konsetrasi ion hidrogen, yang dipertahankan dalam batas normal
melalui 3 faktor, yaitu :
1.
Mekanisme buffer kimia
Ada 4 macam buffer kimia utama dalam tubuh yaitu :
a.
Sistem buffer bikarbonat – asam karbonat
Sistem ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat
dalam cairan extra cellular. Bila konsentrasi bikarbonat dalam darah meningkat
atau konsentrasi asam karbonat berkurang, maka perbandingan bikarbonat – asam
karbonat akan meningkat dan pH menjadi lebih besar dari nilai normal, keadaan
ini disebut “alkalosis”. Sebaliknya bila konsentrasi bikarbonat dalam darah
berkurang atau konsentrasi asam karbonat meningkat, maka perbandingan
bikarbonat – asam karbonat akan berkurang dan pH menjadi lebih kecil dari nilai
normal, keadaan ini disebut “asidosis”.
b.
Sistem buffer Fosfat
Sistem ini terutama terdapat didalam sel darah merah
dan sel – sel lain terutama didalam sel tubulus ginjal, yang memungkinkan
ginjal mengeluarkan ion hydrogen.
c.
Sistem buffer protein
Sistem ini terutama terdapat di dalam sel – sel
jaringan dan juga bekerja di dalam plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan
basa lemah ataupun garam basa yang dapat mengikat atau melepaskan ion hidrogen.
d.
Sistem buffer hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem
buffer dengan basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat.
2.
Mekanisme Pernafasan (Paru)
Karbondioksida ( CO2 )
merupakan sisa / produk metabolisme sel. Dari sel CO2 akan
ditranspor melalui plasma dan sel darah merah menuju paru untuk dieliminasi. Secara
normal ventilasi alveolar akan mempertahankan PaCO2 antara 35 -
45 mmhg dimana PaCO2 di dalam alveolus berada
dalam keseimbangan dengan PaCO2 dan H2 CO3 dalam
darah. Namun jika kemampuan ventilasi alveolar tidak sebanding lagi dengan
produksi CO2, yang
menyebabkan PaCO2 meningkat, yang akan diikuti perangsangan pusat
pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2
lebih banyak, demikian juga sebaliknya.
3.
Mekanisme Ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal
akan mengeluarkan ion hydrogen dan menahan ion HCO3-
untuk mempertahankan pH darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan
urine yang bersifat asam ( pH : 5,5 – 6,5 )
C.
NILAI
NORMAL GAS DARAH
1.
pH : ( N : 7,35 – 7, 45 )
§ pH
adalah fungsi logaritme negatife dari konsentrasi ion hidrogen dalam plasma
darah, dimana bila konsentrasi ion hidrogen meningkat menyebabkan pH akan
menurun demikian sebaliknya.
§ Perubahan
pH yang mengikuti perubahan pCO2 karena gangguan ventilasi akan mengakibatkan
mengakibatkan “Asidosis atau Alkalosis Respiratori“ dan perubahan pH yang
mengikuti perubahan HCO3-
akan mengakibatkan “Asidosis atau Alkalosis metabolic“.
2.
PaCO2 : ( N : 35 - 45 mm Hg )
§ PaCO2
adalah tekanan dari CO2 yang terlarut dalam darah.
§ PaCO2
merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat digunakan untuk menentukan cukup
atau tidaknya ventilasi alveolar.
§ Bila
PaCO2 normal, berarti ventilasi alveolar normal.
§ Bila
PaCO2 < 35 mm Hg ( Hipokapnia ), berarti terjadi hiperventilasi akibat rangsangan
pusat pernafasan, jika pH > 7,45 – keadaan ini disebut “ Alkalosis
Respiratorik “.
§ Bila
PaCO2 > 35 mm Hg ( Hiperkapnia ), berarti terjadi hipoventilasi akibat
kegagalan ventilasi alveolar, jika pH < 7,35 – keadaan ini disebut “
Asidosis Respiratorik “.
3.
PaO2 : ( N : 80 – 100 mm Hg)
§ PO2
adalah tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang larut dalam darah.
§ Dalam
keseimbangan asam basa PaO2 hanya memberikan petunjuk fisiologis yang kecil,
selain menunjukan cukup tidaknya oksigenasi darah arteri.
§ Hipoksemia
adalah keadaan dimana PaO2 < 60 mm Hg, sedangkan Hipoksia adalah keadaan
dimana oksigen jaringan tidak adekwat.
4.
Base Ekses / BE : ( N : -2 s/d +2 )
§ BE
atau Base Defisit, menggambarkan secara langsung jumlah dalam mEq/l kelebihan
basa kuat ( kekurangan asam tetap ) atau kekurangan basa ( kelebihan asam tetap
).
§ Nilai
+ : menggambarkan kelebihan basa
§ Nilai
- : menggambarkan kekurangan basa ( kelebihan asam)
§ Astrup
menyatakan bahwa nilai BE tidak saja digunakn untuk diagnosis tetapi juga untuk
pengobatan asidosis metabolic, dengan formula :
§ Kebutuhan
basa = BE x BB x 0,3 mEq
5.
Standar Bikarbonat ( SBC ) & Actual
Bikarbonat (ABC ) : ( N : 22-26 meq/L)
§ SBC
adalah konsentrasi ion [ HCO3- ] dalam plasma pada PaCO2 40 mm Hg, suhu 370c
dan pada keadaan Hb teroksigenasi penuh.
§ ABC
digunakan untuk menyatakan kadar bikarbonat dalam darah penderita sesuai dengan
PCO2 yang ada.
§ Jika
konsentasi ion HCO3meingkat lebih dari normal yang menunjukan hilangnya ion H+
secara significant, disertai pH > 7,45, keadaan ini disebut “Alkalosis
Metabolik“. Sebaliknya bila Konsentrasi ion HCO3- menurun / kurang dari normal
disertai pH < 7,35, keadaan ini disebut “Asidasis Metabolik“.
6.
Presentase Saturasi O2 / %
Sat O2 : ( N : 92 – 100 %)
§ Saturasi
O2 setara dengan kandungan O2 ( dikurangi O2 terlarut ) dibagi dengan kapasitas
O2 ( dikurangi O2 terlarut ).
§ Persentasi
saturasi dari Hb dengan O2 ini sangat membantu untuk menghitung banyaknya O2
totaldi dalam darah.
D.
PENYEBAB
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
1.
Asidosis
Respiratorik
Adalah
keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan CO2 dalam darah sebagai akibat
fungsi paru – paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Hal ini yang berhubungan dengan peningkatan PCO2
dalam plasma akibat berkurangnya ventilasi. Berkurangnya
ventilasi dapat disebabkan oleh pneumotorak, pleural efusi, atelektasis,
sumbatan jalan nafas, gagal nafas, overdosis obat, paralysis otot pernapasan.
Pada keadaan ini paru – paru menahan CO2, sehingga ratio 1 : 20 dilampui pada taraf permulaan
kadar bikarbonat masih normal,tapi akibat peningkatan kadar CO2 kadar asam
bikarbonat naik, sehingga ratio mungkin
2 : 20.
Mekanisme kompensasi yang dilakuakan oleh tubuh : ginjal menahan Na & HCO3,kemudian mengeluarkan clorida,
ion hydrogen dan anion lain, sehingga urine menjadi lebih asam. Hasilnya adalah
peningkatan kadar HCO3 yang akan
membantu memperahankan PH normal.
Usaha pengobatan dengan cara memperbaiki ventilasi sebelum timbul hipoksia jalan nafas
dijagg ventilasi mekanik PO2 kembali normal. Pemberian cairan ( larutan laktat),
ion laktat diubuh dalam hati menjadi bicarbonate, sehingga meningkatkan kadar
bikarbonat dalam serum.
Penyebab :
§ Kelainan
susunan saraf pusat baik karena obat-obatan, stroke atau infeksi
§ Kelainan
pada jalan napas
§ Kelainan
pada parenkim paru
§ Kelainan
neuromuskular pernapasan
§ Obesitas
§ Lain-lain
yang menyebabkan retensi CO2 dalam tubuh.
Tanda & gejala :
§ Pulse
cepat, nafas cepat
§ Hipertensi,
letargi
§ Kram
pada abdomen
§ Sakit
kepala, bingung
§ Hasil lab PH < 7,35 , PCO2 >
45 mm Hg, sat 02 normal/ < 95%
Tindakan keperawatan / intervensi :
§ Pantau
frekwensi kedalam pernafasan, nadi oksimetri
§ Auskultasi
bunyi nafas
§ Kaji
penurunan tingkat kesadaran
§ Pantau
frekwensi dan irama jantung
§ Pantau
warna suhu dan kelembaban kulit
§ Bantu
batuk dan nafas dalam, posisi semi folwer dan suction Kolaborasi Px AGD
§ Berikan
terapi O2, tingkatkan frekwensi dan TV ventilator
§ Berikan
obat-obatan : Naloksan, NaCO3, larutan RL
§ Batasi
pemberian sedative, berikan bronkodilator
§ Perhatikan
hidrasi/ beri kelembaban
2.
Asidosis
Metabolik
Adalah Keasaman darah belebihan yang tandai dengan
rendahnya kadar HCO3 dalam darah. Keadaan ini sering terjadi pada penderita
dengan:
® Dm
tak terkontrol
® Kelaparan,
diare
Adapun sebabnya adalah perbandingan bikarbonat
terhadap asam karbonat kurang ( 1 : 20 ). Kompensasi tubuh dilakukan dengan
mengeluarkan CO2 melalui paru-paru dan ginjal menahan bikarbonat dan
mengeluarkan ion H sehingga urine menjadi asam. Pengobatan ditujukan untuk
mengganti bikarbonat dengan natrium atau kalium bikarbonat. Apabila kadar
laktat tidak naik, dapat diberikan larutan yang mengandung laktat.
Penyebab :
§ Asidosis
tubulus ginjal.
§ Asidosis
karena diare
§ Asidosis
karena muntah.
§ Asidosis
karena diabetes melitus
§ Asidosis
karena penyerapan asam.
§ Asidosis
karena gagal ginjal kronis
Tanda dan gejala :
§ Sakit
kepala, letargi, bingung
§ Takipnea
dengan respirasi dalam kram abdomen
§ AGD PH < 7,35 , PCO2 normal atau
< 35 mm Hg
§ PO2 normal atau meningkat,
bikarbonat < 22 mEq/l
Tindakan keperawatan / intervensi
§ Kaji
tingkat kesadaran
§ Berikan
kewaspadaan, penggunaan pagar tempat tidur
§ Obsrvasi
perubahan pernafasan kussmaul ( sebagai mekanisme kompensasi pengeluaran asam
), frekwensi dan kedalaman
§ Tes
atau pantau PH urine
§ Kolaborasi
AGD
§ Berikan
obat-obatan seperti : NaHCO3
§ Koreksi
asidosis metabolic dengan bicnat:
BE x BB
6
3.
Alkalosis
Respiratorik
Adalah suatu keadaandimana darah
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam sehingga menyebabkan kadar
CO2 dalam darah menjadi rendah. Dapat terjadi pada keadaan :
Hiperventilasi emosional ( takut, cemas ), setting
ventilator, anemia.
Alkalosis respiratorik berat dapat
timbul pada tetani disertai aritmia jantung, karena kurangnya ion kalsium. Pada
keadaan ini paru mengeluarkan CO2 demikian banyak sehingga asam karbonat
berkurang.
Mekanisme kompensasi pada tahap awal dilakukan oleh
ginjal dengan mengeluarkan bikarbonat, Na+ dan K+, sehingga urine menjadi basa.
Ion H dan anion lain ditahan karena K+ dikeluarkan melalui ginjal, maka
diperlukan pemberian cairan yang mengandung K+.
Penyebab
:
§ penyakit
paru, asma dan pneumonia.
§ Ketegangan
jiwa
§ adanya
nyeri
§ Kehamilan
§ Sepsis
§ penyakit
hati
§ obat
- obatan (salisilat, progesteron)
Tanda dan gejala :
§ Sakit
kepala, pusing, takikardia, takipnea, gatal pada ektremitas.
§ AGP PH > 7,45 , PCO2 < 35 mm Hg, PO2
& sat O2 N, HCO3 N / menurun.
Tindakan keperawatan intervensi :
§ Pantau
frekwensi, kedalam dan upaya pernafasan.
§ Pastikan
penyebab hipertensi ( cemas, nyeri, setting ventilator )
§ Observasi
tingkat kesadaran
§ Demonstrasikan
pola nafas yang tepat
§ Kolaborasi
AGD
§ Berikan
sedasi bila perlu
§ Tingkatkan
CO2 dengan masker rebreathing sesuai indikasi
§ Kurangi
frekwensi pernafasan atau TV , atau tambahan dead space pada ventilasi mekanik.
4.
Alkalosis
Metabolik
Adalah suatu keadan dimana darah
dalam keadan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Dapat terjadi karena
keadaan: muntah-muntah banyak hal yang keluar. Mekanisme kompensasi adalah paru
menahan CO2, ginjal mengeluarkan ion bikarbonat, menahan ion H+ dan anion lain,
sehingga urine menjadi basa. Penyebab alkalosis metabolic yang paling sering
pada penderita jantung adalah pemberian diuretic.
Penyebab
:
§ Alkalosis
karena diuretik
§ Alkalosis
karena kelebihan aldosteron
§ Alkalosis
karena muntah
§ Alkalosis
karena obat
Tanda dan gejala :
§ Sakit
kepala, latergi, takikardia, gatal-gatal, tetani, kram otot-otot abdomen.
§ AGD PH > 7,45 , PCO2 N atau > 45
mm Hg
§ PO2 & sat O2, Bikarbonat >
26 mEq/l
Tindakan keperawatan :
§ Pantau
frekwensi dan kedalam pernafasan
§ Kaji
tingkat kesadaran
§ Hindari
penggunaan natrium bikarbonat berlebihan
§ Kolaborasi AGD elektrolit serum
§ Kolaborasi
pemberian obat-obatan KCL/CL untuk mengabsoprsi Na dan meningkatkan ekskresi
bikarbonat.
§ Spironalakton
( mengatasi alkalosis )
Faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan AGD
a.
Gelembung
udara → PaO2 naik & PaCO2
turun.
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat
udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila
tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan
meningkat.
b.
Antikoagulan
(heparin) → PaCO2 turun
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam
tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2,
sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
c.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai
jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh
karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika
sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa
jam.
d.
Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang
menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan
mengikuti perubahan PCO2.
e.
Obat-obatan
·
Meningkatkan
pH darah : sodium bicarbonat
·
Meningkatkan
PaCO2
Aldosteron, athachrinic acid, hydrocortison, metolazone,
prednison, sodium bicarbonat, thiazides
·
Menurunkan
PaCO2 :
Acetalozamid, dimercaprol, methicillin sodium, nitro
furantoin, tetracyclin, triamterene.
·
Meningkatkan
HCO3- : alkaline salts, diuretik
·
Menurunkan
HCO3- : Acid salts
E.
INTERPRETASI
HASIL
Terdapat 5
parameter pokok dalam pembacaan AGD yang penting untuk diagnosa keadaan akut
dan memulai terapi adalah : PaO2, pH, PaCO2, SaO2 dan HC03-.
§
pH
§
PaCO2 = (merefleksikan
keadaan asam) tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang larut di dalam
darah. PaCO2 merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat
digunakan untuk menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar.
§
PaO2
= Tekanan parsial O2
dalam darah / kemampuan paru untuk memberikan O2 ke darah.
§
HCO3-
= ion dalam larutan, bukan merupakan
gas. Kadarnya dikontrol oleh ginjal
§
BE
= (Base Excess) kadar
bikarbonat ion (HCO3- ) dalam darah yang berlebih atau
kurang
§
SaO2 = Saturasi Oksigen= Persentase
kejenuhan ikatan 1,34 ml O2 dalam 1gr Hb.
KOMPONEN
|
NILAI
NORMAL
|
HASIL
|
INTERPRETASI
|
pH
|
7,35 – 7, 45
|
<7,35
<7,45
|
Asidosis
Alkalosis
|
PaO2
|
80 – 100 mmHg
|
60-80
mmHg
40-60
mmHg
<40
mmHg
>100
mmHg
|
Mild
Hypoxemia
Moderate
Hypoxemia
Severe
Hypoxemia
Hyperoxygenation
|
PaCO2
|
35 – 45 mmHg
|
<35
mmHg
>45
mmHg
|
Hyperventilation
Hypoventilation
|
SaO2
|
95-100 %
|
<95
%
|
Hyperventilation
Anemia
|
HCO3-
|
22 –
26 mEq
|
<22
or > 26 mEq
|
Kompensasi
untuk asam basa imbalance
|
Langkah-langkah:
a.
Tentukan acidosis atau alkalosis : baca
pH.
pH
normal = 7,35 – 7,45
Asidosis ≤ 7,35
Alkalosis ≥ 7,45
b.
Tentukan penyebab primer dari acidosis
atau alkalosis :
Baca
PaCO2: jika menyimpang searah dengan pH → respiratorik
Baca
HCO3- : jika menyimpang searah dengan pH → metabolik
c.
Tentukan
apakah sudah ada kompensasi.
Jika PaCO2 atau HCO3- sudah menyimpang ke arah yang berlawanan
dengan pH berarti sudah ada kompensasi.
Kompensasi ada 2, yaitu:
a.
Terkompensasi Penuh :
1)
pH
normal : (7,35 – 7,39 ) = Asidosis
terkompensasi penuh
(7,41 – 7,45) =
Alkalosis terkompensasi penuh
2)
Perubahan
PaCO2 atau HCO3-
: PaCO2 & HCO3-
↑
PaCO2
& HCO3- ↓
b.
Terkompensasi sebagian
1)
Perubahan
pH di luar rentang normal
2)
Perubahan
PaCO2 atau HCO3- = PaCO2
& HCO3- ↑
PaCO2 & HCO3- ↓
Jenis Gangguan
|
pH
|
PCO2
|
HCO3
|
Asidosis respiratorik akut
|
↓
|
↑
|
N
|
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian
|
↓
|
↑
|
↑
|
Asidosis respiratorik terkompensasi
penuh
|
N
|
↑
|
↑
|
Asidosis metabolik
akut
|
↓
|
N
|
↓
|
Asidosis metabolik
terkompensasi sebagian
|
↓
|
↓
|
↓
|
Asidosis metabolik
terkompensasi penuh
|
N
|
↓
|
↓
|
Asidosis respiratorik dan metabolic
|
↓↓
|
↑
|
↓
|
Alkalosis respiratorik akut
|
↑
|
↓
|
N
|
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian
|
↑
|
↓
|
↓
|
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
|
N
|
↓
|
↓
|
Alkalosis metabolik akut
|
↑
|
N
|
↑
|
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian
|
↑
|
↑
|
↑
|
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh
|
N
|
↑
|
↑
|
Alkalosis metabolik dan respiratorik
|
↑↑
|
↓
|
↑
|
F.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi
Revisi. Jakarta: EGC
Doengoes,
et al. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta
: EGC
Ganong
F William. 1999 . Buku ajar fisiologi
kedokteran Edisi 17. Jakarta :
EGC
Graber,
Mark A. 2000 . Terapi cairan elektrolit
dan metabolic edisi pertama.
Jakarata: Framedia
Patricia,
A. Potter. 2000. Fundamental of Nursing. Mosby Inc
Perry
Potter. 1997. Clinical Nursing Skills
& Technicques Thrid edition. St.
Louis
Price,
SA. 1995. Patofisiologi edisi pertama. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8, Jakarta: EGC
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika
No comments:
Post a Comment
Komentar, Kritik dan sarannya ya !!!!!!!!!!!!!