Pages

Wednesday, December 4, 2013

INTERPRETASI ASAM BASA

Interpretasi Asam Basa

ASAM BASA

A.          PENGERTIAN
Pengertian asam basa menurut Elizabeth J Corwin (2009):
§  Asam adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hydrogen. Suatu asam dapat kuat atau lemah, bergantung pada derajat penguraiaannya untuk membebaskan ion hydrogen.
§  Basa adalah Setiap zat yang dapat menerima sebuah ion hydrogen, sehingga zat tersebut dapat mengeluarkan ion hydrogen dari larutan. Suatu basa dapat kuat atau lemah, bergantung pada derajat penerimaan ion hydrogen.
Keseimbangan asam basa merupakan refleksi konsentrasi ion H+ dalam tubuh yang direpresentasikan melalui pH. Ketika terjadi peninggian ion hidrogen, larutan menjadi lebih asam, sebaliknya penurunan ion hidrogen, larutan menjadi lebih basa.
Asam dan basa lemah merupakan penyangga (buffer) yang baik. Penyangga adalah zat yang mampu menyerap ion hydrogen dari suatu larutan, sehingga dapat mencegah fluktuasi ion hydrogen yang besar. Sistem ini terdiri dari larutan dengan garam-garam dari satu asam lemah atau basa lemah. Asam dan basa lemah ini mempertahankan nilai pH dengan menambah atau melepaskan ion-ion hidrogen. Asam-asam akan melepaskan ion hidrogen dan basa-basa akan menerima ion hidrogen. Selain sistem buffer ini, pH juga diatur oleh mekanisme regulasi. Regulasi dilakukan oleh paru sebagai komponen respirasi dan ginjal sebagai komponen metabolik. Kedua komponen ini berinteraksi secara simultan sehingga keseimbangan ion hidrogen selalu stabil.
Penilaian keseimbangan asam basa biasanya melalui pemeriksaan analisa gas darah, karena pembentukan asam basa berhubungan erat dengan pembentukan gas darah. Dimana pemeriksaan gas darah arteri ini berguna untuk menunjang pengobatan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun, bila hasil pemeriksaan berat itu ditafsirkan dengan betul.

B.           FISIOLOGI KESEIMBANGAN ASAM BASA
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsetrasi ion hidrogen, yang dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu :
1.            Mekanisme buffer kimia
Ada 4 macam buffer kimia utama dalam tubuh yaitu :
a.             Sistem buffer bikarbonat – asam karbonat
Sistem ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat dalam cairan extra cellular. Bila konsentrasi bikarbonat dalam darah meningkat atau konsentrasi asam karbonat berkurang, maka perbandingan bikarbonat – asam karbonat akan meningkat dan pH menjadi lebih besar dari nilai normal, keadaan ini disebut “alkalosis”. Sebaliknya bila konsentrasi bikarbonat dalam darah berkurang atau konsentrasi asam karbonat meningkat, maka perbandingan bikarbonat – asam karbonat akan berkurang dan pH menjadi lebih kecil dari nilai normal, keadaan ini disebut “asidosis”.
b.            Sistem buffer Fosfat
Sistem ini terutama terdapat didalam sel darah merah dan sel – sel lain terutama didalam sel tubulus ginjal, yang memungkinkan ginjal mengeluarkan ion hydrogen.
c.             Sistem buffer protein
Sistem ini terutama terdapat di dalam sel – sel jaringan dan juga bekerja di dalam plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan basa lemah ataupun garam basa yang dapat mengikat atau melepaskan ion hidrogen.
d.            Sistem buffer hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem buffer dengan basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat.
2.            Mekanisme Pernafasan (Paru)
Karbondioksida ( CO2 ) merupakan sisa / produk metabolisme sel. Dari sel CO2 akan ditranspor melalui plasma dan sel darah merah menuju paru untuk dieliminasi. Secara normal ventilasi alveolar akan mempertahankan PaCO2 antara 35 - 45  mmhg dimana  PaCO2 di dalam alveolus berada dalam keseimbangan dengan PaCO2 dan H2 CO3 dalam darah. Namun jika kemampuan ventilasi alveolar tidak sebanding lagi dengan produksi  CO2, yang menyebabkan PaCO2 meningkat, yang akan diikuti perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 lebih banyak, demikian juga sebaliknya.
3.            Mekanisme Ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan mengeluarkan ion hydrogen dan menahan ion HCO3- untuk mempertahankan pH darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan urine yang bersifat asam ( pH : 5,5 – 6,5 )

C.          NILAI NORMAL GAS DARAH
1.            pH : ( N : 7,35 – 7, 45 )
§    pH adalah fungsi logaritme negatife dari konsentrasi ion hidrogen dalam plasma darah, dimana bila konsentrasi ion hidrogen meningkat menyebabkan pH akan menurun demikian sebaliknya.
§    Perubahan pH yang mengikuti perubahan pCO2 karena gangguan ventilasi akan mengakibatkan mengakibatkan “Asidosis atau Alkalosis Respiratori“ dan perubahan pH yang mengikuti perubahan HCO3akan mengakibatkan “Asidosis atau Alkalosis metabolic“.
2.            PaCO2 : ( N : 35 - 45 mm Hg )
§    PaCO2 adalah tekanan dari CO2 yang terlarut dalam darah.
§    PaCO2 merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat digunakan untuk menentukan cukup atau tidaknya ventilasi alveolar.
§    Bila PaCO2 normal, berarti ventilasi alveolar normal.
§    Bila PaCO2 < 35 mm Hg ( Hipokapnia ), berarti terjadi hiperventilasi akibat rangsangan pusat pernafasan, jika pH > 7,45 – keadaan ini disebut “ Alkalosis Respiratorik “.
§    Bila PaCO2 > 35 mm Hg ( Hiperkapnia ), berarti terjadi hipoventilasi akibat kegagalan ventilasi alveolar, jika pH < 7,35 – keadaan ini disebut “ Asidosis Respiratorik “.
3.            PaO2 : ( N : 80 – 100 mm Hg)
§    PO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang larut dalam darah.
§    Dalam keseimbangan asam basa PaO2 hanya memberikan petunjuk fisiologis yang kecil, selain menunjukan cukup tidaknya oksigenasi darah arteri.
§    Hipoksemia adalah keadaan dimana PaO2 < 60 mm Hg, sedangkan Hipoksia adalah keadaan dimana oksigen jaringan tidak adekwat.
4.            Base Ekses / BE : ( N : -2 s/d +2 )
§    BE atau Base Defisit, menggambarkan secara langsung jumlah dalam mEq/l kelebihan basa kuat ( kekurangan asam tetap ) atau kekurangan basa ( kelebihan asam tetap ).
§    Nilai + : menggambarkan kelebihan basa
§    Nilai - : menggambarkan kekurangan basa ( kelebihan asam)
§    Astrup menyatakan bahwa nilai BE tidak saja digunakn untuk diagnosis tetapi juga untuk pengobatan asidosis metabolic, dengan formula :
§    Kebutuhan basa = BE x BB x 0,3 mEq
5.            Standar Bikarbonat ( SBC ) & Actual Bikarbonat (ABC ) : ( N : 22-26 meq/L)
§    SBC adalah konsentrasi ion [ HCO3- ] dalam plasma pada PaCO2 40 mm Hg, suhu 370c dan pada keadaan Hb teroksigenasi penuh.
§    ABC digunakan untuk menyatakan kadar bikarbonat dalam darah penderita sesuai dengan PCO2 yang ada.
§    Jika konsentasi ion HCO3meingkat lebih dari normal yang menunjukan hilangnya ion H+ secara significant, disertai pH > 7,45, keadaan ini disebut “Alkalosis Metabolik“. Sebaliknya bila Konsentrasi ion HCO3- menurun / kurang dari normal disertai pH < 7,35, keadaan ini disebut “Asidasis Metabolik“.
6.            Presentase Saturasi O2 / % Sat O2 : ( N : 92 – 100 %)
§    Saturasi O2 setara dengan kandungan O2 ( dikurangi O2 terlarut ) dibagi dengan kapasitas O2 ( dikurangi O2 terlarut ).
§    Persentasi saturasi dari Hb dengan O2 ini sangat membantu untuk menghitung banyaknya O2 totaldi dalam darah.

D.          PENYEBAB GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
1.            Asidosis Respiratorik
Adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan CO2 dalam darah sebagai akibat fungsi paru – paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Hal ini yang berhubungan dengan peningkatan PCO2 dalam plasma akibat berkurangnya ventilasi. Berkurangnya ventilasi dapat disebabkan oleh pneumotorak, pleural efusi, atelektasis, sumbatan jalan nafas, gagal nafas, overdosis obat, paralysis otot pernapasan. Pada keadaan ini paru – paru menahan CO2, sehingga  ratio 1 : 20 dilampui pada taraf permulaan kadar bikarbonat masih normal,tapi akibat peningkatan kadar CO2 kadar asam bikarbonat naik, sehingga  ratio mungkin 2 : 20.
Mekanisme kompensasi yang dilakuakan oleh tubuh  : ginjal menahan  Na & HCO3,kemudian mengeluarkan clorida, ion hydrogen dan anion lain, sehingga urine menjadi lebih asam. Hasilnya adalah peningkatan  kadar HCO3 yang akan membantu memperahankan PH normal.
Usaha pengobatan dengan cara memperbaiki  ventilasi sebelum timbul hipoksia jalan nafas dijagg ventilasi mekanik PO2 kembali normal. Pemberian cairan ( larutan laktat), ion laktat diubuh dalam hati menjadi bicarbonate, sehingga meningkatkan kadar bikarbonat dalam serum.
Penyebab :
§    Kelainan susunan saraf pusat baik karena obat-obatan, stroke atau infeksi
§    Kelainan pada jalan napas
§    Kelainan pada parenkim paru
§    Kelainan neuromuskular pernapasan
§    Obesitas
§    Lain-lain yang menyebabkan retensi CO2 dalam tubuh.
Tanda & gejala :
§    Pulse cepat, nafas cepat
§    Hipertensi, letargi
§    Kram pada abdomen
§    Sakit kepala, bingung
§    Hasil lab PH < 7,35 , PCO2 > 45 mm Hg, sat 02 normal/ < 95%
Tindakan keperawatan / intervensi :
§    Pantau frekwensi kedalam pernafasan, nadi oksimetri
§    Auskultasi bunyi nafas
§    Kaji penurunan tingkat kesadaran
§    Pantau frekwensi dan irama jantung
§    Pantau warna suhu dan kelembaban kulit
§    Bantu batuk dan nafas dalam, posisi semi folwer dan suction Kolaborasi Px AGD
§    Berikan terapi O2, tingkatkan frekwensi dan TV ventilator
§    Berikan obat-obatan : Naloksan, NaCO3, larutan RL
§    Batasi pemberian sedative, berikan bronkodilator
§    Perhatikan hidrasi/ beri kelembaban
2.            Asidosis Metabolik
Adalah Keasaman darah belebihan yang tandai dengan rendahnya kadar HCO3 dalam darah. Keadaan ini sering terjadi pada penderita dengan:
®    Dm tak terkontrol
®    Kelaparan, diare
Adapun sebabnya adalah perbandingan bikarbonat terhadap asam karbonat kurang ( 1 : 20 ). Kompensasi tubuh dilakukan dengan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru dan ginjal menahan bikarbonat dan mengeluarkan ion H sehingga urine menjadi asam. Pengobatan ditujukan untuk mengganti bikarbonat dengan natrium atau kalium bikarbonat. Apabila kadar laktat tidak naik, dapat diberikan larutan yang mengandung laktat.
Penyebab :
§    Asidosis tubulus ginjal.
§    Asidosis karena diare
§    Asidosis karena muntah.
§    Asidosis karena diabetes melitus
§    Asidosis karena penyerapan asam.
§    Asidosis karena gagal ginjal kronis
Tanda dan gejala :
§    Sakit kepala, letargi, bingung
§    Takipnea dengan respirasi dalam kram abdomen
§    AGD            PH < 7,35 , PCO2 normal atau < 35 mm Hg
§    PO2 normal atau meningkat, bikarbonat < 22 mEq/l
Tindakan keperawatan / intervensi
§    Kaji tingkat kesadaran
§    Berikan kewaspadaan, penggunaan pagar tempat tidur
§    Obsrvasi perubahan pernafasan kussmaul ( sebagai mekanisme kompensasi pengeluaran asam ), frekwensi dan kedalaman
§    Tes atau pantau PH urine
§    Kolaborasi AGD
§    Berikan obat-obatan seperti : NaHCO3
§    Koreksi asidosis metabolic dengan bicnat:
   BE x BB
6
3.            Alkalosis Respiratorik
Adalah suatu keadaandimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam sehingga menyebabkan kadar CO2 dalam darah menjadi rendah. Dapat terjadi pada keadaan :
Hiperventilasi emosional ( takut, cemas ), setting ventilator, anemia.
Alkalosis respiratorik berat dapat timbul pada tetani disertai aritmia jantung, karena kurangnya ion kalsium. Pada keadaan ini paru mengeluarkan CO2 demikian banyak sehingga asam karbonat berkurang.
Mekanisme kompensasi pada tahap awal dilakukan oleh ginjal dengan mengeluarkan bikarbonat, Na+ dan K+, sehingga urine menjadi basa. Ion H dan anion lain ditahan karena K+ dikeluarkan melalui ginjal, maka diperlukan pemberian cairan yang mengandung K+.
Penyebab :
§    penyakit paru, asma dan pneumonia.
§    Ketegangan jiwa
§    adanya nyeri
§    Kehamilan
§    Sepsis
§    penyakit hati
§    obat - obatan (salisilat, progesteron)
Tanda dan gejala :
§    Sakit kepala, pusing, takikardia, takipnea, gatal pada ektremitas.
§    AGP       PH > 7,45 , PCO2 < 35 mm Hg, PO2 & sat O2 N, HCO3 N / menurun.
Tindakan keperawatan intervensi :
§    Pantau frekwensi, kedalam dan upaya pernafasan.
§    Pastikan penyebab hipertensi ( cemas, nyeri, setting ventilator )
§    Observasi tingkat kesadaran
§    Demonstrasikan pola nafas yang tepat
§    Kolaborasi AGD
§    Berikan sedasi bila perlu
§    Tingkatkan CO2 dengan masker rebreathing sesuai indikasi
§    Kurangi frekwensi pernafasan atau TV , atau tambahan dead space pada ventilasi mekanik.
4.            Alkalosis Metabolik
Adalah suatu keadan dimana darah dalam keadan basa karena tingginya kadar bikarbonat. Dapat terjadi karena keadaan: muntah-muntah banyak hal yang keluar. Mekanisme kompensasi adalah paru menahan CO2, ginjal mengeluarkan ion bikarbonat, menahan ion H+ dan anion lain, sehingga urine menjadi basa. Penyebab alkalosis metabolic yang paling sering pada penderita jantung adalah pemberian diuretic.
Penyebab :
§    Alkalosis karena diuretik
§    Alkalosis karena kelebihan aldosteron
§    Alkalosis karena muntah
§    Alkalosis karena obat
Tanda dan gejala :
§    Sakit kepala, latergi, takikardia, gatal-gatal, tetani, kram otot-otot abdomen.
§    AGD             PH > 7,45 , PCO2 N atau > 45 mm Hg
§    PO2 & sat O2, Bikarbonat > 26 mEq/l
Tindakan keperawatan :
§    Pantau frekwensi dan kedalam pernafasan
§    Kaji tingkat kesadaran
§    Hindari penggunaan natrium bikarbonat berlebihan
§    Kolaborasi AGD            elektrolit serum
§    Kolaborasi pemberian obat-obatan KCL/CL untuk mengabsoprsi Na dan meningkatkan ekskresi bikarbonat.
§    Spironalakton ( mengatasi alkalosis )

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
a.             Gelembung udara → PaOnaik & PaCO2 turun.
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
b.            Antikoagulan (heparin) → PaCOturun
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c.             Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
d.            Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
e.             Obat-obatan
·               Meningkatkan pH darah      : sodium bicarbonat
·               Meningkatkan PaCO2         
Aldosteron, athachrinic acid, hydrocortison, metolazone, prednison, sodium bicarbonat, thiazides
·               Menurunkan PaCO2             :
Acetalozamid, dimercaprol, methicillin sodium, nitro furantoin, tetracyclin, triamterene.
·               Meningkatkan HCO3-          : alkaline salts, diuretik
·               Menurunkan HCO3-             : Acid salts

E.           INTERPRETASI HASIL
Terdapat 5 parameter pokok dalam pembacaan AGD yang penting untuk diagnosa keadaan akut dan memulai terapi adalah : PaO2, pH, PaCO2, SaO2 dan HC03-.
§    pH
§    PaCO2         = (merefleksikan keadaan asam) tekanan yang ditimbulkan oleh CO2 yang larut di dalam darah. PaCO2 merupakan parameter fungsi respirasi dan dapat digunakan untuk menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar.
§    PaO2          = Tekanan parsial O2 dalam darah / kemampuan paru untuk memberikan O2 ke darah.
§    HCO3-       = ion dalam larutan, bukan merupakan gas. Kadarnya dikontrol oleh ginjal
§    BE             = (Base Excess) kadar bikarbonat ion (HCO3- ) dalam darah yang berlebih atau kurang
§    SaO2          = Saturasi Oksigen= Persentase kejenuhan ikatan 1,34 ml O2 dalam 1gr Hb.
KOMPONEN
NILAI NORMAL
HASIL
INTERPRETASI
pH
7,35 – 7, 45
<7,35
<7,45
Asidosis
Alkalosis
PaO2
80 – 100 mmHg
60-80 mmHg
40-60 mmHg
<40 mmHg
>100 mmHg
Mild Hypoxemia
Moderate Hypoxemia
Severe Hypoxemia
Hyperoxygenation
PaCO2
35 –  45 mmHg
<35 mmHg
>45 mmHg
Hyperventilation
Hypoventilation
SaO2
95-100 %
<95 %
Hyperventilation Anemia
HCO3-
22 –  26 mEq
<22 or > 26 mEq
Kompensasi untuk  asam basa imbalance

Langkah-langkah:
a.             Tentukan acidosis atau alkalosis : baca pH.
pH normal = 7,35 – 7,45
Asidosis    ≤ 7,35
Alkalosis   ≥ 7,45
b.            Tentukan penyebab primer dari acidosis atau alkalosis :
Baca PaCO2: jika menyimpang searah dengan pH → respiratorik
Baca HCO3- : jika menyimpang searah dengan pH → metabolik
c.             Tentukan apakah sudah ada kompensasi.
Jika PaCO2 atau HCO3-  sudah menyimpang ke arah yang berlawanan dengan pH berarti sudah ada kompensasi.
Kompensasi ada 2, yaitu:
a.             Terkompensasi Penuh       :
1)            pH normal :  (7,35 – 7,39 ) = Asidosis terkompensasi penuh
                              (7,41 – 7,45) = Alkalosis terkompensasi penuh
2)            Perubahan PaCO2  atau HCO3- :      PaCO2 & HCO3-
                                                                           PaCO2 & HCO3-
b.            Terkompensasi sebagian   
1)            Perubahan pH di luar rentang normal
2)            Perubahan PaCO2  atau HCO3-  =    PaCO2 & HCO3-
                   PaCO2 & HCO3-
Jenis Gangguan
pH
PCO2
HCO3
Asidosis respiratorik akut
N
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian
Asidosis respiratorik terkompensasi  penuh
N
 Asidosis metabolik akut
N
 Asidosis metabolik terkompensasi sebagian
 Asidosis metabolik terkompensasi penuh
N
Asidosis respiratorik dan metabolic
↓↓
Alkalosis respiratorik akut
N
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh
N
Alkalosis metabolik akut
N
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh
N
Alkalosis metabolik dan respiratorik
↑↑


F.           DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Doengoes, et al. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan  edisi 3. Jakarta : EGC
Ganong F William. 1999 . Buku ajar fisiologi kedokteran Edisi 17.  Jakarta : EGC 
Graber, Mark A. 2000 . Terapi cairan elektrolit dan metabolic  edisi pertama. Jakarata: Framedia
Patricia, A. Potter. 2000.  Fundamental of Nursing. Mosby Inc
Perry Potter. 1997. Clinical Nursing Skills & Technicques Thrid edition.  St. Louis
Price, SA. 1995.  Patofisiologi edisi pertama. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2002.  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8,  Jakarta: EGC
Udjianti, WJ. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika



No comments:

Post a Comment

Komentar, Kritik dan sarannya ya !!!!!!!!!!!!!