INFEKSI NOSOKOMIAL
A. Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi
nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang
tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada
di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi
bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab
terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang
pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian
mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).Selanjutnya, apabila suster atau dokter yang sama merawat
pasien lainnya, maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari
pasien sebelumnya
Infeksi
adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala
selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda
infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah
terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi
nosokomial (Harrison, 2001).
Infeksi nosokomial ini
dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto
infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien
lainnya (Soeparman, 2001).
‘Infeksi
nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya
rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat
dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada
20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10
persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama
dirawat – 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8
persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat
Hal-hal yang
berhubungan dengan infeksi nosokomial : (Panjaitan, B, 1989)
1.
secara umum infeksi nosokomial adalah infeksi yang
didapatkan penderita selama dirawat dirumah sakit.
2.
Infeksi nosokomial sukar diatasi karena sebagai
penyebabnya adalah mikro organisme / bakteri yang sudah resisten terhadap anti
biotika.
3.
Bila terjadi infeksi nosokomial, makaakan terjadi
penderitaan yang berpanjangan serta pemborosan waktu serta pengeluaran biaya yang
bertambah tinggi kadangkadang kualitas hidup penderita akan menurun.
4.
Infeksi nosokomial disamping berbahaya bagi penderita,
jugaberbahaya bagi lingkungan baik selamadirawat dirumah sakit ataupun diluar
rumah sakit setelah berobat jalan.
5.
Dengan pengendalian infeksi nosokomial akan menghembat
biaya dan waktu yang terbuang.
6.
Dinegara yang sudah maju masalah ini telah diangkat
menjadi masalah nasional, sehingga bila angka infeksi nosokomial disuatu rumah
sakit tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh
instansi yang berwenang
B. Batasan-Batasan Infeksi Nosokomial.
Infeksi
nosokomial disebut juga dengan “Hospital
acquired infection” apabila memenuhi batasan / criteria sebagai berikut:
1.
Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai
tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2.
Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalammasa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3.
Tanda-tanda infeksi tersebut baru timbul
sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4.
Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari
infeksi sebelumnya.
5.
Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada
tanda-tanda infeksi, tetapiterbukti bahwa infeksi didapat penderita pada waktu
perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.
C. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Terjadinya Infeksi Nosokomial.
Sesara umum factor
yang mempengaruhi terjadinya nosokomial terdiri atas 2 bagian besar, yaitu : (Roeshadi,
D, 1991)
1.
Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta, daya
tahan tubuh dan kondisikondisi lokal)
2.
Faktor eksogen (lama penderita dirawat,kelompok yang
merawat, alat medis, serta lingkungan)
Untuk mudahnya
bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di RS dapat
diringkas sebagai berikut :
1.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui dirinya
sendiri (auto infeksi)
2.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas
yang merwat di RS
3.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui
pasien-pasien yang dirawat ditempat / ruangan yang samadi RS tersebut.
4.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui keluarga
pasien yang bekunjung kerumah sakit tersebut.
5.
Pasien mendapat infeksi niosokomial melalui peralatan
yang dipakai dirumah sakit tersebut.
6.
Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui peralatan
makanan yang disediakan rumah sakit ataupun yang didapatnya dari luar rumah
sakit.
7.
Disamping ke-6 cara-cara terjadinya infeksi nosokomial
seperti yang dinyatakan diatas, maka faktor lingkungan tidak kalah penting
sebagai factor penunjang untuk terjadinya infeksi nosokomial, faktor lingkungan
tersebut adalah
o
Air
o
Bahan yang harus di buang ( Disposial)
o
Udara
D. Penyebab Infeksi Nosokomial
1. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam
mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan
berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada:
·
karakteristik
mikroorganisme,
·
resistensi
terhadap zat-zat antibiotika,
·
tingkat
virulensi,
·
dan
banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri,
virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini
dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross
infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri
(endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini
lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril.
Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh
mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau
jarang menyebabkan penyakit pada orang normal, (Ducel, 2001).
2.
Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora
normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting
dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang
rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak
dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih
berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya :
·
Anaerobik
Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
·
Bakteri
gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
·
Bakteri
gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang
dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
·
Serratia
marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
3.
Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial
disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan
media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory
syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak
tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan
melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus,
herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan
(Wenzel, 2002)
4.
Parasit dan jamur
Beberapa parasit seperti Giardia
lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak
jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp,
Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
5.
Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi
nosokomial tertama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,
infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.
Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang
penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi
kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
E. Proses
Penularan Infeksi Nosokomial
1. Langsung
antara pasien dan
personel yang merawat atau menjaga pasien
2. Tidak langsung
-
obyek tidak bersemangat atau kondisi lemah
-
lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan
(Sebagai contoh perawatan luka pasca operasi)
-
penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai ke udara
(air borne)
-
Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau serangga
yang membawa kuman
Selain itu
penularan infeksi nosokomial yaitu
1.
Penularan secara kontak
Penularan ini
dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak
langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penularan infeksi virus
hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak langsung terjadi
apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini
terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya
kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
2.
Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini
melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan
penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common
vehicleadalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan
sebagainya.
3.
Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini
terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus)
dan tuberculosis.
4.
Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini
dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh vector misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.
Penularan
secara internal bila mikroorganisme masuk ke dalam tubuh vektor dan dapat
terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau
tidak mengalami perubahan biologis, misalnya yersenia pestis pada
ginjal (flea).
INFEKSI NOSOKOMIAL
F. Tanda dan gejala Infeksi
§
Demam
§
bernapas
cepat,
§
kebingungan
mental,
§
tekanan
darah rendah,
§
urine
output menurun,
§
pasien
dengan urinary tract infection mungkin ada rasa sakit ketika kencing dan
darah dalam air seni
§
sel
darah putih tinggi
§
radang
paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan ketidakmampuan untuk batuk.
§
infeksi
: pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah
atau luka
G. Dampak Infeksi Nosokomial
Infeksi
nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :
1.
Menyebabkan cacat fungsional, stress
emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
2.
Dampak tertinggi pada negara berkembang
dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3.
Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara
yang tidak mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit, pengobatan
dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan
hukum.
H. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Pembersihan yang
rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar
bersih dari debu, minyak dan kotoran. Perlu diingat bahwa sekitar 90 persen
dari kotoran yang terlihat pasti mengandung kuman. Harus ada waktu yang teratur
untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar
mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali.
Pengaturan udara yang
baik sukar dilakukan di banyak fasilitas kesehatan. Usahakan adanya pemakaian
penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau
bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan
pengaturan udara yang baik akan lebih banyak menurunkan resiko terjadinya
penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas
penyaring air dan menjaga kebersihan pemrosesan serta filternya untuk
mencegahan terjadinya pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air pada rumah sakit
dengan prasarana yang terbatas dapat menggunakan panas matahari.
Toilet rumah sakit
juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah
terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan
diberi disinfektan. Disinfektan akan membunuh kuman dan mencegah penularan
antar pasien. Disinfeksi yang dipakai adalah:
o
Mempunyai kriteria
membunuh kuman
o
Mempunyai efek
sebagai detergen
o
Mempunyai efek
terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan protein.
o
Tidak sulit digunakan
o
Tidak mudah menguap
o
Bukan bahan yang
mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas maupun pasien
o
Efektif
o
Tidak berbau, atau
tidak berbau tak enak
1.
Perbaiki Ketahanan
Tubuh
Di dalam tubuh
manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula bakteri yang
secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis tubuh, dan
membantu ketahanan tubuh melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga
keseimbangan di antara populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya
seperti apa yang terjadi di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang
mekanisme ketahanan tubuh orang sehat yang dapat mengendalikan jasad renik
oportunis perlu diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam
mempertahankan ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat. Dengan
demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat
dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
2.
Ruangan Isolasi
Penyebaran dari
infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu pemisahan pasien.
Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya
melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi
berat. Penularan yang melibatkan virus, contohnya DHF dan HIV. Biasanya, pasien
yang mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga
kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga
sangat penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara
selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi,
tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi
kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka
menderita penyakit yang sama.
Pencegahan Infeksi
nosokomial yaitu dengan:
1.
Membatasi transmisi organisme dari atau antar
pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik
dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
2.
Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
3.
Melindungi pasien dengan penggunaan
antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
4.
Membatasi resiko infeksi endogen dengan
meminimalkan prosedur invasi
5.
Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan
mengontrol penyebarannya.
Selain itu Pencegahan Infeksi nosokomial juga dengan
menggunakan Standar kewaspadaan terhadap infeksi, antara lain :
1.
Cuci Tangan
o
Setelah menyentuh
darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi.
o
Segera setelah
melepas sarung tangan.
o
Di antara sentuhan
dengan pasien.
2.
Sarung Tangan
o
Bila kontak dengan
darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang terkontaminasi.
o
Bila kontak dengan
selaput lendir dan kulit terluka.
3.
Masker, Kaca Mata,
Masker Muka
Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir
mata, hidung, dan mulut saat kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4.
Baju Pelindung
o
Lindungi kulit dari
kontak dengan darah dan cairan tubuh
o
Cegah pakaian
tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh
5.
Kain
o
Tangani kain
tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
o
Jangan melakukan
prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
6.
Peralatan Perawatan
Pasien
o
Tangani peralatan
yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak langsung dengan kulit atau
selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada pakaian dan lingkungan
o
Cuci peralatan bekas
pakai sebelum digunakan kembali
7.
Pembersihan
Lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan
dan perlengkapan dalam ruang perawatan pasien
8.
Instrumen Tajam
o
Hindari memasang
kembali penutup jarum bekas
o
Hindari melepas jarum
bekas dari semprit habis pakai
o
Hindari
membengkokkan, mematahkan atau memanipulasi jarum bekas dengan tangan
o
Masukkan instrument
tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
9.
Resusitasi Pasien
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat
ventilasi yang lain untuk menghindari kontak langsung mulut dalam resusitasi
mulut ke mulut
10.
Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan dalam
ruang pribadi / isolasi
INFEKSI NOSOKOMIAL |
INFEKSI NOSOKOMIAL
I.
Program
Pengendalian Infeksi Nosokomial Di RS
Dalam mengendalikan
infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam program
pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, antara lain:
1.
Adanya Sistem
Surveilan Yang Mantap
Surveilan suatu
penyakit adalah tindakan pengamatan yang sistematik dan dilakukan terus menerus
terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan
tujuan untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian. Jadi tujuan dari
surveilan adalah untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Perlu
ditegaskan di sini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukanlah
ditentukan oleh canggihnya per-alatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara
benar (the proper nursing care). Dalam pelaksanaan surveilan ini, perawat
sebagai petugas lapangan di garis paling depan, mempunyai peran yang sangat
menentukan,
2.
Adanya Peraturan Yang
Jelas Dan Tegas Serta Dapat Dilaksanakan, Dengan Tujuan Untuk Mengurangi Risiko
Terjadinya Infeksi
Adanya peraturan yang
jelas dan tegas serta dapat dilaksanakan, merupakan hal yang sangat penting
adanya. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah
dimengerti semua petugas; standar ini meliputi standar diagnosis (definisi
kasus) ataupun standar pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan
pelaksanaan peraturan ini, peran perawat besar sekali.
3.
Adanya Program
Pendidikan Yang Terus Menerus Bagi Semua Petugas Rumah Sakit Dengan Tujuan
Mengembalikan Sikap Mental Yang Benar Dalam Merawat Penderita
Keberhasilan program
ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna
kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar dan
mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya
ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek
epidemiologi dari infeksi nosokomial ini. Jadi jelaslah bahwa dalam seluruh
lini program pengendalian infeksi nosokomial, perawat mempunyai peran yang
sangat menentukan. Sekali lagi ditekankan bahwa pengendalian infeksi nosokomial
bukanlah ditentukan oleh peralatan yang canggih (dengan harga yang mahal)
ataupun dengan pemakaian antibiotika yang berlebihan (mahal dan bahaya
resistensi), melainkan ditentukan oleh kesempurnaan setiap petugas dalam
melaksanakan perawatan yang benar untuk penderitanya.
J. Yang Harus Diperhatikan Keluarga dan
Pengunjung dalam Pengendalian
Infeksi Nosokomial
1.
Mengerti dan memahami peraturan dari Rumah sakit
§
Taatilah waktu berkunjung
§
Jangan terlalu lama menjenguk cukup 15-20 menit saja
§
Penunggu pasien cukup 1 orang
§
Jangan berkunjung jika anda sedang sakit
§
Jangan membawa anak dibawah usia 12 tahun
2.
Menjaga kebersihan diri
§
lakukan cuci tangan sebelum dan setelah bertemu pasien
§
jangan menyentuh luka, perban, area tusukan infuse,
atau alat-alat lain yang digunakan untuk merawata pasien
§
bantulah pasien untuk menjaga kebersihan dirinya
3.
Menjaga kebersihan lingkungan
§
Jangan menyimpan barang terlalu banyak di ruangan
pasien
§
Jangan tidur di bed pasien
§
Jangan merokok diarea RS
K. Contoh Infeksi Nosokomial
1.
Infeksi Luka Operasi
(ILO)
Merupakan infeksi
yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan
implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut
memang tampak berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi
tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau
dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
o
Keluar cairan purulen
dari drain organ dalam
o
Didapat isolasi
bakteri dari organ dalam
o
Ditemukan abses
o
Dinyatakan infeksi
oleh ahli bedah atau dokter.
o
Pencegahan ILO harus
dilakukan, karena jika tidak, akan mengakibakan semakin lamanya rawat inap,
peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko kecacatan dan kematian, dan dapat
mengakibatkan tuntutan pasien. Pencegahan itu sendiri harus dilakukan oleh
pasien, dokter dan timnya, perawat kamar operasi, perawat ruangan, dan oleh
nosocomial infection control team.
2.
Infeksi Saluran
Kencing (ISK )
Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi di
saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran kencing bagian
luar (uretra).
Bakteri utama
penyebab ISK adalah bakteri Escherichia coli (E. coli) yang banyak terdapat
pada tinja manusia dan biasa hidup di kolon. Wanita lebih rentan terkena ISK
karena uretra wanita lebih pendek daripada uretra pria sehingga bakteri ini
lebih mudah menjangkaunya. Infeksi juga dapat dipicu oleh batu di saluran kencing
yang menahan koloni kuman. Sebaliknya, ISK kronis juga dapat menimbulkan batu.
Mikroorganisme lain
yang bernama Klamidia dan Mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK pada laki-laki
maupun perempuan, tetapi cenderung hanya di uretra dan sistem reproduksi.
Berbeda dengan E coli, kedua bakteri itu dapat ditularkan secara seksual
sehingga penanganannya harus bersamaan pada suami dan istri.
Gejala
Penderita ISK mungkin
mengeluhkan hal-hal berikut:
o
Sakit pada saat atau
setelah kencing
o
Anyang-anyangan
(ingin kencing, tetapi tidak ada atau sedikit air seni yang keluar)
o
Warna air seni
kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah
o
Nyeri pada pinggang
o
Demam atau menggigil,
yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri di
sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah)
3.
Bakterimia
Bakteremia adalah
keadaan dimana terdapatnya bakteri yang mampu hidup dalam aliran darah secara
sementara, hilang timbul atau menetap. Bakteremia merupakan infeksi sistemik
yang berbahaya karena dapat berlanjut menjadi sepsis yang angka kematiannya
cukup tinggi. Faktor risiko terjadinya bakteremia pada orang dewasa antara lain
lama perawatan di rumah sakit, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas,
tindakan invasif, terapi antibiotika yang tidak tepat, terapi imunosupresan,
dan penggunaan steroid.
Gejala
Bakteremia yang
bersifat sementara jarang menyebabkan gejala karena tubuh biasanya dapat
membasmi sejumlah kecil bakteri dengan segera. Jika telah terjadi sepsis, maka
akan timbul gejala-gejala berikut:
o
Demam atau hipotermia
(penurunan suhu tubuh)
o
Hiperventilasi
o
Menggigil
o
Kulit teraba hangat
o
Ruam kulit
o
Takikardi
(peningkatan denyut jantung)
o
Mengigau atau
linglung
o
Penurunan produksi
air kemih.
4.
Infeksi Saluran Napas
(ISN)
Infeksi saluran napas
berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan
infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis,
sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan
infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti
bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia.
Keadaan rumah sakit
yang tidak baik dapat menimbulkan infeksi saluran napas atas maupun bawah.
Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang
menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling
banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak
komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
INFEKSI NOSOKOMIAL
L. Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar
1. Definisi Cuci Tangan
Cuci tangan
adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen et al, 2004)
Cuci tangan
adalah teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan
infeksi (Perry dan Potter, 2005).
Mencuci tangan merupakan
suatu kegiatan membersihkan tangan dari berbagai kuman penyakit. Tetapi banyak
orang yang menyepelekan hal ini. Padahal dengan mencuci tangan dapat terhindar
dari berbagai penularan penyakit karena kita mengerjakan segala macam pekerjaan
menggunakan tangan kita sehingga sangat beresiko kuman masuk ke tubuh kita melalui
tangan ketika kita makan.
2. Tujuan cuci tangan
§
Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
§
Mencegah infeksi silang (cross infection)
§
Menjaga kondisi steril
§
Melindungi diri dan pasien dari infeksi
§
Memberikan perasaan dsegar dan bersih
3. Langkah cuci tangan yang baik dan benar
§
Menggunakan Sabun dan Air ( 12 langkah)
1) Basuh tangan
dengan air
2) Tuangkan sabun
secukupnya
3) Ratakan dengan
kedua telapak tangan
4) Gosok punggung
dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
5) Gosok kedua
telapak tangan dan sela-sela jari
6) Jari-jari sisi
dalam dari kedua tangan saling mengunci
7) Gosok ibu jari
kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
8) Gosokkan
dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
9) Gosok pergelangan
tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya
10) Bilas kedua
kedua tangan dengan air
11) Keringkan
dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
12) Gunakan tisu
tersebut untuk menutup keran
13) Tangan anda
kini sudah bersih
§
Cuci Tangan Efektif ( 7 langkah)
1)
Basahi
atau croot kan sabun ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak
tangan.
2) Gosok masing- masing
pungung tangan secara bergantian.
3) Jari jemari saling masuk
untuk membersihkan sela-sela jari.
4) Gosokan ujung jari (buku-buku)dengan
mengatupkan jari tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian,
5) gosok dan putar ibu jari
secara bergantian
6) gosokkan ujung kuku pada
telapak tangan secara bergantian
7) terakhir, menggosok kedua
pergelangan tangan dengan cara diputar dengan telapak tangan bergantian
8) tangan anda kini telah
bersih
DAFTAR PUSTAKA
Committee on Identifying Priority Areas for
Quality Improvement, Karen Adams, Janet M. Corrigan (2003). Priority Areas for
National Action: Transforming Health Care Quality. National Academies Press.
Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen
Goldsteen (2007). Introduction to the US health care system. Springer
Publishing Company.
Riana. Infeksi Nosokomial RumahSakit. Dimuat
dalam http://riana-a-h-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-41324-ADMINISTRASI%20RUMAH%20SAKIT%20DAN%20PUSKESMAS-Infeksi%20Nosokomial%20RumahSakit.html
This article will help the internet viewers for creating
ReplyDeletenew blog or even a weblog from start to end.
my web page ... big-time success [en.wikipedia.org]
Link exchange is nothing else except it is just placing the other person's blog link on your page at appropriate place and other person will also do similar in favor of you.
ReplyDeleteMy homepage - success factors (en.wikipedia.org)
keren dan lengkap materinya pak, izin share ya
ReplyDeletethanks
I was diagnose April 17,2015 and find out I'm HIV positive.I was scared because there is no cure for HIV/AIDS but today some people still don't believe that there is cure for HIV, it can only be cured through Africans root and herbs,and our doctor's here in USA few of them know about the African herbal medicine can cure Hiv but they chooses to hide it from us just to make a sales of medical expertise. I did a research online finding way to get rid of my disease,I saw a comment about a herbal doctor on internet Name Dr itua ,who has cured several disease with his powerful herbal medicine, I contacted him on whats-app, chat with him explain my self to him.He said he can cure hiv perfectly well , he gave me his request which i send to him. within 5 days he sent me the herbal medicine through ups courier delivering service And told me how to take the medicine for 2 weeks to get cured,I did for 2 weeks, within this 7 days i notice a very big change in my health and i new some thing great has happened then i went to confirm my result after finishing the herbal medicine for two weeks it was absolutely negative.The doctor who new i was hiv positive was asking me how come i am negative, what did it took to get cure and were did i get this medicine from and how did i get rid of it I told him every thing about the herbal medicine that cure me. imagine doctor telling me not to let anyone know about it,I wasn't shock though i knew they know about the herbal cure but chose to hide it in other to make sales on medicals expertise,if you are HIV positive Or other disease such
ReplyDeleteCancer,Hiv,Herpes,Shingles, Hepatitis B,Liver Inflammatory,Diabetes,Fibroid,Parkinson's,Alzheimer’s disease.contact Dr Itua for any kind of herbal product and remedies through Email Or Website.. drituaherbalcenter@gmail.com www.drituaherbalcenter.com