Pages

Wednesday, December 4, 2013

TUBEKTOMI/ MOW (MEDIS OPERASI WANITA)

 Tubektomi/ MOW (Medis Operasi Wanita)
TUBEKTOMI/ MOW (MEDIS OPERASI WANITA)

A.    PENGERTIAN
MOW (Medis Operatif Wanita)/ Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan perempuan dengan mengokulasi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Noviawati dan Sujiayatini, 2009) jadi dasar dari MOW ini adalah mengokulasi tubafallopi sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu (Hanafi, 2004).
Program MOW sendiri dibagi menjadi 2 yaitu diantaranya:
1.      Program rumah sakit
a.       Pelaksanaan MOW pasca operasi /pasca melahirkan
b.      Mempunyai penyakiot ginekologi
2.      Reguler: MOW dapat dilakukan pada masa interval

B.     SYARAT MELAKUKAN MOW (METODE OPERASI WANITA)
Syarat dilakukan MOW Menurut Saiffudin (2002) yaitu sebagai berikut:
1.      Syarat Sukarela
Syarat sukarela meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara cara kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi mantap serta pengetahuan tentang sifat permanen pada kontrasepsi ini (Wiknjosastro, 2005)
2.      Syarat Bahagia
Syarat bahagia dilihat dari ikatan perkawinan yang syah dan harmonis, umur istri sekurang kurangnya 25 dengan sekurang kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil lebih dari 2 tahun (Wiknjosastro,2005)
3.      Syarat Medik
Setiap calon peserta kontrasepsi mantap wanita harus dapat memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi mantap. Pemeriksaan seorang dokter diperlukan untuk dapat memutuskan apakah seseorang dapat menjalankan kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak boleh menggunakan metode kontrasepsi mantap antara lain ibu yang mengalamai peradangan dalam rongga panggul, obesitas berlebihan dan ibu yang sedang hamil atau dicurigai sdang hamil (BKKBN, 2006)

C.    TEKNIK MELAKUKAN MOW
1.      Tahap persiapan pelaksanaan
a.       Informed consent
b.      Riwayat medis/ kesehatan
c.       Pemeriksaan laboratorium
d.      Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen
e.       anesteri
2.      Tindakan pembedahan (2009) teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain:
a.       Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin, 2006)
Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006).
b.      Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan. (Syaiffudin,2006).
3.      Perawatan post operasi
a.       Istirahat 2-3 jam
b.      Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
c.       Ambulasi dini
d.      Diet biasa
e.       Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.
Tubektomi/ MOW (Medis Operasi Wanita)


D.    WAKTU PELAKSANAAN MOW
Menurut Mochtar (1998) dalam Wiknjosastro (2005) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat:
1.      Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
2.      Pasca persalinan (post partum)
Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.  
3.       Pasca keguguran
Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
4.      Waktu opersi membuka perut
Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap.
Sedangkan menurut Noviawati (2009) waktu pelaksanaan MOW (Mantap Operasi Wanita) dapat dilaukan pada:
1.      Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil
2.      Hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
3.      Pasca persalinan
Minilaparotomi dapat dilakukan dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu pasca persalinan setelah dinyatakan ibu dalam keadaan tidak hamil.
4.      Pasca keguguran
Tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparatomi atau laparoskopi setelah triwulan pertama pasca keguguran dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik. Sedangkan pada triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik, tubektomi dapat dilakukan dengan cara minilaparotomi saja.

E.     INDIKSI MOW
Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005)
Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu sebagai berikut:
1.      Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi.
a.       Gangguan fisik
Gangguan fisik yang dialami seperti tuberculosis pulmonum, penyakit jantung, dan sebagainya.
b.      Gangguan psikis
Gangguan psikis yang dialami yaitu seperti skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain.
2.      Indikasi medis obstetrik
Indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea yang berulang, histerektomi obstetri, dan sebagainya.
3.      Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4.      Indikasi sosial ekonomi
Indikasi sosial ekonomi adalah indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat.
a.       Mengikuti rumus 120 yaitu perkalian jumlah anak hidup dan umur ibu, kemudian dapat dilakukan sterilisasi atas persetujuan suami istri, misalnya umur ibu 30 tahun dengan anak hidup 4, maka hasil perkaliannya adalah 120.
b.      Mengikuti rumus 100
Umur ibu 25 tahun ke atas dengan anak hidup 4 orang
Umur ibu 30 tahun ke atas dengan anak hidup 3 orang
Umue ibu 35 tahun ke atas dengan anak hidup 2 orang ]

F.     KONTRAINDIKASI MOW
Menurut Mochtar (1989) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak dan indikasi relative
1.      Kontra indikasi mutlak
a.       Peradangan dalam rongga panggul
b.      Peradangan liang senggama aku (vaginitis, servisitis akut)
c.       Kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan
2.      Kontraindikasi relative
a.       Obesitas berlebihan
b.      Bekas laparotomi
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi yaitu:
1.      Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
2.      Pedarahan pervaginal yang belum jelas penyebabnya
3.      Infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol
4.      Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan
5.      Belum memberikan persetujuan tertulis.


G.    KEUNTUNGAN
Menurut BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain:
1.      Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi
2.      Tidak mengganggu kehidupan suami istri
3.      Tidak mempengaruhi kehidupan suami istri
4.      Tidak mempengaruhi ASI
5.      Lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), lebih ekonomis
Sedangkan menurut Noviawati dan Sujiyati (2009) keuntungan dari kontrasepsi mantap adalah sebagai berikut:
1.      Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
2.      Tidak mempengaruhi proses menyusui (breasfeeding).
3.      Tidak bergantung pada faktor senggama.
4.      Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
5.      Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local.
6.      Tidak ada perubahan fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium)

H.    KERUGIAN
Kerugian dalam menggunakan kontrasepsi mantap (Noviawati dan Sujiyati,2009) yaitu antara lain:
1.      Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali.
2.      Klien dapat menyesal dikemudian hari
3.      Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
4.      Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5.      Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis bedah untuk proses laparoskopi.
6.      Tidak melindungi diri dari IMS.

I.       KOMPLIKASI DAN PENANGANAN MOW
KOMPLIKASI
PENANGANAN
Infeksi Luka
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik.
Demam pascaoperasi ( > 38 oC)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih. Intestinal (jarang terjadi).
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan)
Gunakan pack yang hangat dan lembab ditempat tersebut.
Emboli gas yang dilakukan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajurkan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cairan intravena, resusitasi cardiopulmonary dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan
Perdarahan superficial (tepi tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.


No comments:

Post a Comment

Komentar, Kritik dan sarannya ya !!!!!!!!!!!!!