HISTEREKTOMY
A.
DEFINISI
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan
untuk mengangkat rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun
seluruhnya (total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
B.
ETIOLOGI
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma
uteri. Selain itu adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps
uteri (relaksasi pelvis) juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus
histerektomi dilakukan pada pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga
leiomioma) merupakan alasan terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma
merupakan suatu perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun
etiologinya belum diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak
menyebabkan/berubah menjadi kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah
secara medis, seperti perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang
diperlukan tindakan histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang
menentukan tindakan histerektomi. Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran
dari otot-otot penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini
dapat mengarah ke gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional Loss
of Urine) dan mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat
dicetuskan juga oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan
peningkatan resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat
untuk menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus
karsinoma uteri/beberapa pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk
karsinoma uteri merupakan tujuan yang tepat, dimana menghilangkan jaringan
kanker dari tubuh. Prosedur ini merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan
karsinoma pada uterus.
Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya
tidak dianjurkan untuk di histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau
prosedur invasif lainnya digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut.
Pada kasus-kasus perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan
histerektomi, wanita/ pasien tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan
uterus (biopsi endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/ pre
karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample endometriae.
Pada wanita nyeri panggul/ perdarahan percobaan pemberian terapi secara
medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause
(masih punya periode menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan
menyebabkan perdarahan namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih
sering dianjurkan daripada tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut
mempunyai perdarahan yang banyak sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas
sehari-hari, berlanjut menyebabkan anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada
sampel endometriae, ia bisa dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak
mengalami periode menstrual secara permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan
pada sample endometriumnya namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang
persisten, setelah pemberian terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan
histerektomi. Penyesuaian dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat
diputuskan penggunaan terapi secara optimal pada beberapa wanita.
C.
INDIKASI
Histerektomi
memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi wanita yang masih
mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali dokter tidak memiliki
pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen selain dengan mengangkat
rahim. Beberapa jenis penyakit yang mungkin mengharuskan histerektomi antara
lain:
- Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)
- Kanker serviks, rahim atau ovarium
- Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain dari rahim
- Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
- Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
- Inflamasi Pelvis karena infeksi
Setelah
menjalani histerektomi, seorang wanita tidak lagi mendapatkan ovulasi dan
menstruasi. Hal ini juga berarti berkurangnya produksi hormon estrogen dan
progesteron yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina, keringat berlebihan,
dan gejala-gejala lain yang umumnya terjadi pada menopause normal. Wanita yang
menjalani salpingo-oporektomi bilateral atau pengangkatan kedua ovarium
biasanya juga diberi terapi pengganti hormon untuk menjaga tingkat hormon
mereka.
D.
KLASIFIKASI
1. Histerektomi Abdominal TotalisIni merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan. Selama histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat uterus bersama servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk horizontal atau vertikal, tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area yang ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma uteri yang besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi jenis ini dapat dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu pemeriksaan serta evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi secara medikamentosa. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita usia reproduksi, kecuali pada kondisi-kondisi yang sangat serius seperti karsinoma. Histerektomi abdominal totalis memperbolehkan operator mengevaluasi seluruh kavum abdomen serta panggul, dimana sangat berguna pada wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang tidak jelas. Dokter juga perlu melihat kembali keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko yang diinginkan saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas (adhesi). Jika wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.
ADHESIOLISIS (PEMBEBASAN PERLENGKETAN)
Perlengketan pada organ kelamin wanita dapat disebabkan oleh tiga hal,yakni infeksi, endometriosis, dan riwayat operasi organ perut. Perlengketan ini sesungguhnya merupakan proses penyembuhan alami tubuh untuk memperbaiki jaringan yang cedera atau terluka.Cedera atau luka akibat operasi, infeksi maupun endometriosis ini diperbaiki dengan membentuk jaringan baru di permukaan jaringan yang rusak. Jaringan baru yang terbentuk inilah yang dapat menyebebkan lengketnya organ tersebut dengan luka sayatan operasi atau dengan organ lain disekitarnya. Pada sebagian orang perlengketan ini tidak menimbulkan gejala. Apabila perlengketan ini menyebabkan tarikan, puntiran Atau perubahan posisi dapat menimbulkan berbagai keluhan terutama nyeri. Pada wanita, selain nyeri,Perlengketan ini dapat pula menimbulkan infertility,terutama apabila perlengketan terjadi pada organ saluran telur. Diagnosis perlengketan organ kelamin dalam wanita ini didasarkan pada adanya factor resiko riwayat operasi perut (open surgery), infeksi,keluhan nyeri serta pemeriksaan dalam yang mendukung adanya perlengketan organ kelamin dalam. Namun demikian, seringkali perlengketan ini dijumpai tanpa sengaja saat dilakukan tindakan laparoskopi diagnostik.Perlengketan ini dapat dihilangkan dengan melakukan fisioterapi(misalnya Wurn technique)untuk perlengketan ringan,dan tindakan operatif untuk perlengketan yang lebih hebat.
2. Histerektomi Vaginalis
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia servikal. Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan dengan kedua kaki terangkat pada meja litotomi. wanita yang belum pernah mempunyai anak mungkin tidak mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar, sehingga tidak cocok dilakukan prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai uterus yang sangat besar, ia tidak dapat mengangkat kakinya pada meja litotomi dalam waktu yang lama atau alasan lain mengapa hal tersebut terjadi, dokter-dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara abdominalis. Secara keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal dan mempunyai komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara abdominal.
3. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi ini selama histerektomi vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti kavum abdomen selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien karsinoma sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut untuk mengurangi adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu oovorektomi. Dibandingkan dengan vaginalis Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih mahal dan lebih riskan terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan berhubungan dengan lamanya perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal histerektomi uterus tidak boleh terlalu besar.
4. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis. Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium terutama pada bagian serviks yang ditinggal.Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan prosedur ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada beberapa kasus serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasus-kasus endometriosis. Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu yang singkat. Hal ini dapat memberikan suatu keuntungan tambahan terhadap vagina, juga menurunkan resiko terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal prolaps).
5. Histerektomi Radikal
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina. Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.6. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau Tuba Falopii)Ooforektomi merupakan suatu tindakan operatif mengangkat ovarium, sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan ovarium. Kedua metode ini dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga tumor ovarium atau kanker tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat dilakukan pada kasus-kasus infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-kadang wanita dengan kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu ooforektomi sebagai tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko penyebaran dari sel-sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.
E.
TINGKATAN
HISTEREKTOMI
Histerektomi
adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. Ada
beberapa tingkatan histerektomi, yaitu:
- Histerektomi total: pengangkatan rahim dan serviks, tanpa ovarium dan tuba falopi
- Histerektomi subtotal: pengangkatan rahim saja, serviks, ovarium dan tuba falopi tetap dibiarkan.
- Histerektomi total dan salpingo-oporektomi bilateral atau dikenal dengan nama TOTAL ABDOMINAL HISTEREKTOMY AND BILATERAL SALPHINGO OOPHORECTOMY (TAH-BSO): pengangkatan rahim, serviks, ovarium dan tuba falopi.
TAH– BSO merupakan suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic endrometriosisTAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi.
Prosedur operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka
masing-masing. Namun jenis-jenis dari histerektomi ini dibicarakan pada setiap
pertemuan mengenai teknik apa yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang
bagaimana. Namun keputusan terakhir dilakukan dengan diskusi secara individu
antara pasien dengan dokter-dokter yang mengerti keadaan pasien tersebut. Perlu
diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
- Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di ovarium.
- Papsmear terbaru.
- USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
G.
PROSEDUR
HISTEREKTOMI
Histerektomi dapat dilakukan
melalui sayatan di perut bagian bawah atau vagina, dengan atau tanpa
laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan melalui sayatan melintang
seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi lewat vagina dilakukan
dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang disebut laparoskop
mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk membantu pengangkatan
rahim lewat vagina.
Histerektomi vagina lebih baik
dibandingkan histerektomi perut karena lebih kecil risikonya dan lebih cepat
pemulihannnya. Namun demikian, keputusan melakukan histerektomi lewat perut
atau vagina tidak didasarkan hanya pada indikasi penyakit tetapi juga pada
pengalaman dan preferensi masing-masing ahli bedah.
Histerektomi adalah prosedur
operasi yang aman, tetapi seperti halnya bedah besar lainnya, selalu ada risiko
komplikasi. Beberapa diantaranya adalah pendarahan dan penggumpalan darah
(hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi dan reaksi abnormal terhadap
anestesi.
H.
PEMULIHAN
DAN DIET PASCA OPERASI
Pemulihan
dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu. Selama
masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan, disarankan
untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang
panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi
lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu
proses pemulihan.