LANJUT USIA (LANSIA)
1.
Pengertian
Lanjut Usia (Lansia)
§
Usia lanjut
adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
§
Menua atau
menjadi tua adalah
suatu keadaaan yang
terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa dan
tua. Tiga tahap
ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih,
gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan
figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
§
Usia lanjut
adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
§
WHO dan
Undang-Undang Nomor 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab
1 Pasal 1
Ayat 2 menyebutkan bahwa usia
60 tahun adalah
usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit,
tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan
luar tubuh.
§
Lanjut usia
merupakan istilah tahap
akhir dari proses
penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk
lanjut usia menurut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional ada tiga
aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek
sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut
usia adalah penduduk
yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus,
yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur
dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk
lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber
daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa
tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat,
bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan
masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat
§
Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000)
§
Menurut UU
no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
§ Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60
tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999).
§
Menua
secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang
terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal
ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama, 1995).
2.
Batasan
Lansia
a.
WHO (1999)
menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis menjadi 4
kelompok yaitu :
1)
usia
pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2)
lanjut usia
(elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3)
lanjut usia
tua (old) 75 – 90 tahun
4)
usia sangat
tua (Very old) di atas 90 tahun.
b.
Sedangkan
Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan pendapat beberapa ahli,
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke
atas.
c.
Menurut
Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi:
1)
usia dewasa
muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2)
usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun,
3)
lanjut usia
(geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi
dengan:
a)
70 – 75
tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b)
lebih dari
80 (very old).
d.
Menurut
Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai
seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun,
tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang No. 13
Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas
e.
Penggolongan
lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1)
Kelompok
lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2)
Kelompok
lansia (65 tahun ke atas).
3)
Kelompok
lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
3.
Fisiologi
Lansia
Proses penuaan adalah normal,
berlangsung secara terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir
bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan
proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan
tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap
seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status
kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
4.
Proses
Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
(Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit
yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional
meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah
terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan
penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
a.
Bebas dari penyakit
fisik, mental dan sosial,
b.
Mampu melakukan
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
c.
Mendapat dukungan
secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia,
lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut dirinya untuk
menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979)
seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah
yang menyertai lansia yaitu:
a.
Ketidakberdayaan fisik
yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
b.
Ketidakpastian ekonomi
sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
c.
Membuat teman baru
untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
d.
Mengembangkan
aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
e.
Belajar memperlakukan
anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock
mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan,
ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan
tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian yang tidak baik dari
lansia (Hurlock, 1979 dalam Munandar, 1994) adalah:
a.
Minat sempit terhadap
kejadian di lingkungannya.
b.
Penarikan diri ke
dalam dunia fantasi
c.
Selalu mengingat
kembali masa lalu
d.
Selalu khawatir karena
pengangguran,
e.
Kurang ada motivasi,
f.
Rasa kesendirian
karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
g.
Tempat tinggal yang
tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri
penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat,
ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan
hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
5.
Karakteristik
Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu
diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
a.
Jenis kelamin: Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan
perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka
perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b.
Status perkawinan: Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda
atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c.
Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal
sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga lainnya.
1)
Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.
2)
Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan
lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala
keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia
akan di tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda. Menurut Darmawan
mengungkapkan ada 5 tipe kepribadian lansia yang perlu kita ketahui, yaitu:
tipe konstruktif (constructive person-ality), tipe mandiri (independent
personality), tipe tergantung (hostilty personality) dan tipe kritik diri (self
hate personality).
d.
Kondisi kesehatan
1)
Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2)
Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e.
Keadaan ekonomi
1)
Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau
masih bisa aktif.
2)
Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
3)
kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam, sehinga cukup beralasan untuk
melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi hidup
yang dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik
6.
Teori
Proses Menua
a.
Teori – teori biologi
1)
Teori genetik dan
mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini
menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul –
molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh
yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel)
2)
Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha
dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
3)
Reaksi dari kekebalan
sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
4)
Teori “immunology slow
virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat
menyebabkab kerusakan organ tubuh.
5)
Teori stres
Menua terjadi
akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6)
Teori radikal bebas
Radikal bebas
dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
7)
Teori rantai silang
Sel-sel yang tua
atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8)
Teori program
Kemampuan
organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut
mati.
b.
Teori kejiwaan sosial
1)
Aktivitas atau
kegiatan (activity theory)
§ Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
§ Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
§ Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2)
Kepribadian berlanjut
(continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak
berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3)
Teori pembebasan
(disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering
terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
§
kehilangan peran
§
hambatan kontak sosial
§
berkurangnya kontak
komitmen
Sedangkan Teori penuaan secara umum menurut Lilik
Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori
penuaan psikososial
a.
Teori
Biologi
1)
Teori
seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu
dan kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi,
jumlah sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan
jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika
sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut
beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit
atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011)
2)
Sintesis
Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit
dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses kehilangan
elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein
dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago,
dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang
berbeda dari protein yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago
dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih
tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora dan Anagnostakos, 1990). Hal
ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan
mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah, 2011).
3)
Keracunan
Oksigen
Teori tentang adanya
sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari
oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme
pertahan diri tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink
tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta
terjadi kesalahan genetik (Tortora dan Anaggnostakos, 1990). Membran sel
tersebut merupakan alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses
ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel
yang sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran
tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ
berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Azizah,
2011).
4)
Sistem Imun
Kemampuan sistem imun
mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kemampuan
sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang
atau perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi isomatik menyebabkan
terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan dapat
menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut
sebagai selasing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap
sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah (Azizah,
2011).
5)
Teori Menua
Akibat Metabolisme
Menurut MC Kay et
all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004), pengurangan “intake”
kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur.
Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormon pertumbuhan.
b.
Teori
Psikologis
1)
Aktivitas
atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut
usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah, 2011).
2)
Kepribadian
berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah, 2011).
3)
Teori
Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah, 2011).
7.
Permasalahan
Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain:
(Setiabudhi,1999)
a.
Permasalahan
umum
1)
Makin besar
jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2)
Makin
melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3)
Lahirnya kelompok
masyarakat industri.
4)
Masih
rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5)
Belum
membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b.
Permasalahan
khusus :
1)
Berlangsungnya
proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.
2)
Berkurangnya
integrasi sosial lanjut usia.
3)
Rendahnya
produktifitas kerja lansia.
4)
Banyaknya
lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5)
Berubahnya
nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.
6)
Adanya
dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
8.
Faktor –
faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1)
Hereditas atau ketuaan
genetik
2)
Nutrisi atau makanan
3)
Status kesehatan
4)
Pengalaman hidup
5)
Lingkungan
6)
Stres
9.
Perubahan –
perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah, 2011).
a.
Perubahan
Fisik
1)
Sistem
Indra
Sistem
pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata,
50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2)
Sistem
Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3)
Sistem
Muskuloskeletal
Perubahan
sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut: Jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur.
4)
Kartilago:
jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
5)
Tulang:
berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan
fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.
6)
Otot:
perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan
ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif.
7)
Sendi; pada
lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
8)
Sistem
kardiovaskuler
Massa
jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan
jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin
dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
9)
Sistem
respirasi
Pada
penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan
toraks berkurang.
10)
Pencernaan
dan Metabolisme
Perubahan
yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata :
a)
Kehilangan
gigi,
b)
Indra
pengecap menurun,
c)
Rasa lapar
menurun (sensitifitas lapar menurun),
d)
Liver
(hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah.
11)
Sistem
perkemihan
Pada sistem
perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami
kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
12)
Sistem
saraf
Sistem
susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
13)
Sistem
reproduksi
Perubahan
sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi
atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
b.
Perubahan
Kognitif
1)
Memory
(Daya ingat, Ingatan)
2)
IQ
(Intellegent Quocient)
3)
Kemampuan
Belajar (Learning)
4)
Kemampuan
Pemahaman (Comprehension)
5)
Pemecahan
Masalah (Problem Solving)
6)
Pengambilan
Keputusan (Decission Making)
7)
Kebijaksanaan
(Wisdom)
8)
Kinerja
(Performance)
9)
Motivasi
c.
Perubahan
mental
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan mental :
1)
Pertama-tama perubahan
fisik, khsusnya organ perasa.
2)
Kesehatan umum
3)
Tingkat pendidikan
4)
Keturunan (hereditas)
5)
Lingkungan
6)
Gangguan syaraf panca
indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7)
Gangguan konsep diri
akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8)
Rangkaian dari
kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
9)
Hilangnya kekuatan dan
ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
d.
Perubahan
spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya,
hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner, 1970)
e.
Kesehatan
Psikososial
1)
Kesepian
Terjadi
pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2)
Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya
pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat memicu
terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3)
Depresi
Duka cita
yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan keinginan
untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4)
Gangguan
cemas
Dibagi
dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan stress
setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguan-gangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
5)
Parafrenia
Suatu
bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya. Biasanya
terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.
6)
Sindroma
Diogenes
Suatu
kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat mengganggu. Rumah
atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan feses dan urin nya,
sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah dibersihkan,
keadaan tersebut dapat terulang kembali.
10.
Sarana Dan
Prasarana Yang Dipergunakan
Sarana
dan prasarana yang dipergunakan untuk menylengarakan pelayanan terhadap lansia,
baik sarana fisik, sosial dan spiritual yang dijalankan di berbagai tingkatan
dapat kita lihat di dawah ini adalah:
a.
Pelayanan
tingkat masyarakat
Pelayanan terhadap lansia adalah: keluarga dengan lansia, kelompok
lansia seperti klub/perkumpulan, panguyuban, padepokan dan pengajian, serta
bina keluarga lansia. Masyarakat mencakup LKMD, Karang wreda day care dana
sehat/JPKM.
b.
Pelayanan
tingkat dasar
Pelayanan yang di selengarakan oleh berbagai instansi pemerintahan
dan swasta serta organisasi masyarakat, organisasi profesi dan yayasan seperti:
praktik dokter dan dokter gigi, balai pengobatan klinik, puskesmas/ balkesmas,
panti tresna wreda, pusat pelayanan dan perawatan lansia, praktik perawatan
mandiri.
c.
Pelayanan
tingkat rujukan
Pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit dan rumah sakit
khusus. Rujukan dapat bersifat sederhana, sedang, lengkap dan paripurna.14
Rujukan secara konseptual terdiri atas rujukan medis yang pada dasarnyan
menyangkut masalah pelayanan medik perorangan dan rujukan kesehatan masyarakat
pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan masyarakat luas.
11.
Jenis
Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Jenis
pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan yaitu:
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini
dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
a.
Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak
langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan
klien, tenaga provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan untuk membantu
organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan
yang optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang
sehat tentang perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
1)
Mengurangi
cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh, mengurangi bahaya
kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi
kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
2)
Meningkatkan
keamanan di tempat kerja yang bertujuan untuk mengurangi terpapar dengan
bahan-bahan kimia dan meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja.
3)
Meningkatkan
perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk mengurangi
pengunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah,
meningkatkan pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta mengurangi
kontaminasi makanan dan obat-obatan.
4)
Meningkatkan
perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan untuk mengurangi
karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
b.
Pencegahan
(Preventif)
Dalam mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1)
Melakukan
pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat faktor
risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan
primer adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan minum
beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan sekitar rumah, manajemen
stres, penggunaan medikasi yang tepat.
2)
Melakukan
pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala dari
awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan
mengindap faktor risiko.
3)
Jenis
pelayan pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol
hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal,
papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
4)
Melakukan
pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit dan cacat,
mecegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta perawatan dengan perawatan di
rumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
c.
Diagnosis
dini dan Pengobatan
1)
Diagnosis
dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas profesional dan petugas
institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes dini, skrining kesehatan,
memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan
Pribadi (BKP), serta penandatangan kontrak kesehatan.
2)
Pengobatan:
Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang terjadi meliputi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan, pencernaan, urogenital, hormonal,
saraf dan integumen
DAFTAR
PUSTAKA
Maryam
RS,ekasari,MF,dkk .2008.mengenal usia
lanjut dan perawatannya.Jakarta:salemba medika
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan.Jakarta:salemba
medika
Pranaka, Kris. 2010. Buku Ajar Boedhi
Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan
Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku
Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Pudjiastuti SS, Budi Utomo. 2003. Fisioterapi
pada Lansia. Jakarta: EGC
Maryam RS, ekasari MF, dkk .2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Santosa,
Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan
NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
EGC, Jakarta.
Johnson,
M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle
River
Mc
Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification
(NIC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
waah lengkap sekali teori lansianya
ReplyDeletetanks comment ny. bntu share y^^
Deletesaya suka penjelasanya terlebih lagi daftar referensinya dicantumkan.. terimakasih banyak
ReplyDelete