KELUARGA DENGAN ANAK USIA
SEKOLAH (6-12 TAHUN)
KELUARGA
A. DEFINISI
Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).
B. CIRI-CIRI KELUARGA
1. Diikat tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Tanggung jawab masing –masing
5. Ada pengambil keputusan
6. Kerjasama
7. Interaksi
8. Tinggal dalam suatu rumah
C.
STRUKTUR KELUARGA
1. Struktur peran keluarga,
formal dan informal
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan kesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana
komunikasi orangtua anak, ayah ibu, & anggota lain
4. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk kesehatan
Ciri
- Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter ,
dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Terorganisasi: Saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
2.
Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki
kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing -masing.
3. Ada
perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing - masing.
Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :
1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari
jalur ayah
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri
sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan Itu berasal dari
jalur ibu
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada
keluarga sedarah istri
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga
sedarah suami
5. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri
Pemegang Kekuasaan
1. Patriakal, dominan dipihak ayah
2. Matriakal, dominan di pihak ibu
3. Equalitarian, ayah dan ibu
D. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga
menurut Nasrul Effendy (1998), adalah sebagai berikut :
1.
Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri
dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.
Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak
– anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh
dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3.
Peran anak: Anak – anak melaksanakan
peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
E. TIPE KELUARGA
Secara tradisional
keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1.
Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya
peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe
keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi: (Suprajitno, 2004)
2.
Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah cerai atau kehilangan pasangannya.
3.
Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu
orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
4.
Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
5.
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang
tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan
dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
6.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya
(the nonmarital heterosexual cohabiting
family).
7.
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama (guy and lesbian
family).
Sedangkan
Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1.
Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak- anak.
2.
Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak
saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3.
Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan
wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
4.
Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5.
Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang
hidup bersama.
6.
Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua
orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
F. FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi
lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1.
Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
2.
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3.
Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.
Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga
berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan (Setyowati, 2008).
G. TUGAS KELUARGA DI BIDANG KESEHATAN
Sesuai dengan fungsi
pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
1.
Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang
tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
2.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam
hal ini termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.
3.
Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan
benar. Tetapi keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga
sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
4.
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga.
5.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di
sekitarnya bagi keluarga.
H.
TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI
DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL)
(SOCIOLOGICAL
PERSPECTIVE)
1. Keluarga baru menikah
- membina
hubungan Intim
- bina
hubungan dengan
keluarga lain: teman dan kelompok sosial
- mendiskusikan
rencana punya anak
2. Keluarga. Dengan anak baru
lahir
§ persiapan menjadi orang tua
§ adaptasi keluarga baru ,
interaksi keluarga, hubungan Seksual
3. Keluarga dengan anak usia pra
sekolah
§ memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
§ membantu anak untuk
bersosialisasi
§ mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
§ pembagian tanggung jawab
§ kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak
4. Keluarga dengan anak usia
sekolah
§ membantu sosialisasi anak
dengan lingkungan luar
§ mempertahankan keintiman
pasangan
§ memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
§ memberikan kebebasan seimbang
dan bertanggug jawab
§ mempertahankan hubungan Intim
dengan keluarga
§ komunikasi terbuka : hindari,
debat, permusuhan
§ persiapan perub. Sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak
sebagai dewasa
§ perluas jar. Keluarga dari
keluarga inti ke extended
§ pertahnakan keintiman
pasanagan
§ mabantu anak untuk mandiri sbg
keluarga baru
§ penataan kembali peran orang
tua
7. Keluarga usia pertengahan
§ pertahankan keseh. Individu
dan pasangan usia pertengahan
§ hubungan Serasi dan memuaskan
dengan anak- anaknya dan sebaya
§ meningkatkan keakraban
pasangan
8. Keluarga usia tua
§ pertahankan suasana saling
menyenangkan
§ adapatasi perubahan :
kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
§ pertahankan keakraban pasangan
§ melakukan life review masa
lalu
I.
KELOMPOK KELUARGA DI
INDONESIA BERDASARKAN SOSIAL EKONOMI
DAN KEBUTUHAN DASAR
1.
Prasejatera
belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimal: pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau
keluarga belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap I.
2.
Keluarga Sejahtera I (KS I)
Telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis, pendidikan, KB,
interaksi lingkungan.
Indikator : ibadah sesuai
agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah,
kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan
3.
Keluarga Sejahtera II (KS II)
Indikator
: belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali
sehari, pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur
minimal 1 kali seminggu, Pakaian baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per
orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun keatas punya
penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun
bersekolah, Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini berkontrasepsi.
4.
Keluarga Sejahtera III (KS III)
Indikator
: belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian
berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota
melaksanakan ibadah, daging / telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru
dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2 perorang, anggota keluarga sehat
dalam 3 bulan terakhir, keluarga berumur 15 th punya penghasilan tetap, baca tulis latin 10 –60 th, usia 7-15 bersekolah, anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb, upaya meningk agama, keluarga punya tabungan, makan bersama sehari sekali, ikut keg. Masyarakat, rekreasi 6 bl sekali, informasi dari mass media, menggunakan transportasi,
5.
Keluarga Sejahtera Tahap
III Plus
dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada masyarakat,
indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
Indicator Gakin :
Tak
bisa makan 2 kali sehari atau lebih, Tdk daging/ikan /telur /
minggu sekali, Tdk pakaian beda tiap aktifitas, Tdk pakain baru, satu stel /tahun, Lantai mayoritas tanah, Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni, Tdk ada anggota umur 15 tahun
berpenghasilan tetap, Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke
yankes, Anak 7-15 tahun tak berekolah
J.
KELUARGA SEBAGAI SISTEM
keluarga merupakan
sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg berbeda
dengan ciri saling berhubungan Dan tergantung antar individu
Alasan Keluarga Sbg Sistem
1. Keluarga punya subsistem :
anggota, fungsi, peran aturan , budaya
2. Saling berhub dan ketergantungan
3. Unit terkecil dari masy. Sbg
suprasistem
Komponen Sistem Keluarga
1. Input, anggota keluarga,
struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama
2. Proses, proses pelaksanaan
fungsi keluarga
3. Out put, hasil berupa perilaku
: sosial, agama, kesh,
4. Feedback, pengontrol perilaku
keluarga
Karakteristik Keluarga Sebagai Sistem
1. Sistem terbuka, sistem yg
punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk. Sekitar
2. Sistem tertutup, kurang punya
kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada lingk. Sekitar
K.
STANDAR PRAKTIK KELUARGA PPNI
1. Standar praktik profesional
§ stndar i : pengkajian
§ standar ii : diagnosis
§ standar iii : perencanaan
§ standar iv : pelaks. Tind.
§ standar v : evaluasi
2. Standar kinerja profesional
§ Standar i : jaminan mutu
§ Standar ii : pendidikan
§ Standar iii : penilaian
prestasi
§ Standar iv : kesejawatan
§ Standar v : etik
§ Standar vi : kolaborasi
§ Standar vii ; riset
§ Standar ix : pemnafaatan
sumber
L.
MASALAH
KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1.
Bahaya fisik
§
Penyakit
§
Kegemukan
§
Kecelakaan
§
Kecanggungan
§
Kesederhanaan
2.
Bahaya Psikologis
§
Bahaya dalam konsep diri
§
Bahaya moral
§
Bahaya yang menyangkut minat
§
Bahaya dalam penggolongan peran seks
§
Bahaya dalam perkembangan kepribadian
§
Bahaya hubungan keluarga
M.
TAHAP IV : KELUARGA DENGAN ANAK SEKOLAH FAMILY WITH SCHOOL CHILDREN ( OLDEST CHILD 6
- 13 YEARS )
1.
Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal,
keluarga sangat sibuk
2.
Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas
masing-masing
3.
Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda :
perkembangan anak & dirinya
4.
Orang tua belajar menghadapi/ membiarkan anak
pergi ( dengan teman sebayanya )
5.
Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dari
komunitas di luar rumah (sistem sekolah)
ANAK USIA SEKOLAH
A.
DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan
suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun
sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama
anak mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan
psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal,
misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan
kecakapan dan daya tahannya.
B.
KELOMPOK ANAK
1.
Usia
prasekolah : 2 – 5 tahun
2.
Usia
sekolah : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik,
kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a.
Anak usia 6-7 tahun :
§ membaca
seperti mesin
§ mengulangi
tiga angka mengurut ke belakang
§ membaca
waktu untuk seperempat jam
§ anak
wanita bermain dengan wanita
§ anak
laki-laki bermain dengan laki-laki
§ cemas
terhadap kegagalan
§ kadang
malu atau sedih
§ peningkatan
minat pada bidang spiritual
b.
Anak usia 8-9 tahun:
§ kecepatan
dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
§ menggunakan
alat-alat seperti palu
§ peralatan
rumah tangga
§ ketrampilan
lebih individual
§ ingin
terlibat dalam segala sesuatu
§ menyukai
kelompok dan mode
§ mencari
teman secara aktif
c.
Anak usia 10-12 tahun:
§ pertambahan
tinggi badan lambat
§ pertambahan
berat badan cepat
§ perubahan
tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
§ mampu
melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
§ memasak,
menggergaji, mengecat
§ menggambar,
senang menulis surat atau catatan tertentu
§ membaca
untuk kesenangan atau tujuan tertentu
§ teman
sebaya dan orang tua penting
§ mulai
tertarik dengan lawan jenis
§ sangat
tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
3.
Usia remaja
:
13 - 18 tahun
C. CIRI-CIRI
ANAK USIA SEKOLAH
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia
6 tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Label yang
digunakan oleh orang tua
a.
Usia yang
menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi
oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b.
Usia tidak
rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c.
Usia
bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat
suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2.
Label yang
digunakan pendidik/guru
a.
Usia
sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang
dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari perbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu
ekstrakurikuler
b.
Periode
kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses,
tidak sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3.
Label yang
digunakan oleh ahli psikologi
a.
Usia
berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok
b.
Usia
penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh
kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c.
Usia
kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis
(pencipta karya baru) atau tidak
d.
Usia
bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena
adanya minat dan kegiatan untuk bermain
D.
PERKEMBANGAN FISIK
1.
Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama
tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi, meningkat
secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara
tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai
akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada
anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok besar anak anak dengan usia
yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama kelas 1 merupakan
kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang tua
tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat
badan. Anak laki laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak
perempuan selama tahun pertama sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas.
Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2.
Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik
dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata- rata 70 – 90
denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan
stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat,
lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6
kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3.
Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi
labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan kekuatannya dua kali
lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari, melompat,
menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan
pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual
dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang
membutuhkan pergerakan otot yang terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus
terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi berkembang kira-
kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan
tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan
motorik halus pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka
menjadi sangat mandiri dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan
keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini akan terpenuhi.
Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini. Maka
sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
4.
Nutrisi
Periode usia sekolah
merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi defisiensi
biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat
belajar banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan
membantu menyiapkan makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk
menyediakan makanan dalam jumlah yang adekuat bagi anak untuk mendukung
pertumbuhan dan aktivitas.
E.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak
usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir dengan cara yang logis.
Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan
sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak
memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai
operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional
(aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses
pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan
mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) yang sederhana.
1.
Perkembangan bahasa
Bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,
kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat
mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan
nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat
dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut
:
a.
Proses jadi matang,
dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara / bicara sudah
berfungsi ) untuk berkata kata.
b.
Proses belajar yang
berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa
orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di
dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat
cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian berbahasa tidak lagi sesuai
dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata sekitar 3000 kata
yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan orang
dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari aturan
sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.
F.
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak
berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang penting bagi mereka
yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan
keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1.
Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi
lebih nyata sesuai kemampuan kognitif dan pengalaman social anak sekolah,
mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah
dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali
dari lingkungan keluarga. Usaha untuk menanamkan konsep moral sejak dini
merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di terima anak mengenai
benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2.
Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari
pada sebaya lain jenis. Identitas jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan
yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“.
Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin yang berbeda
secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap
perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola
berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas
kelompok meningkat, seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3.
Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai
periode laten karena ia merasa pada periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan
dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa anak usia
sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
5.
Konsep diri dan
kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri
menjadi lebih kuat dan lebih individual. Persepsi sehat sakit berdasarkan pada
fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya penyakit dan
keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk kesehatan
personal dan kesehatan yang lain dinilai.
G.
TUGAS
PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
Ketika anak memasuki usia
sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini lebih berkurang kadar
sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin. Anak secara
umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam
aktivitas rumah tangga.
1.
Mensupport perkembangan
anak
Mendukung
perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk pergi dan
bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit
waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus
bersekolah, kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga
atau klub-klub tertentu bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke rumah
dalam keadaan lelah pada malam hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan
temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut camp, mengunjungi
kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas sangat baik untuk
perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak
mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai berkembang
kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena
penelitian membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota
keluarganya akan memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap
keluarganya bahkan ketika mereka sedang berinteraksi dengan orang lain
(Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang memiliki hubungan pertemanan yang
hangat akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan dunia luar.
Anak pada
usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas. Anak
akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada orangtuanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak
menemukan model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di
keluarganya. Orangtua yang dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih
melonggarkan aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat
anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua
yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan
orangtua yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami
dan istri lebih sering bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika
usia anaknya masih preschool ataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa
aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-anak juga, seperti piknik keluarga
mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan istri untuk meneruskan
hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2.
Mempertahankan
hubungan pernikahan
Beberapa
studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre
mengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan
dapat membawa efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level
pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional
sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi
kebahagiaan orangtua, dalam hal:
1.
Ikut campur dalam
hubungan pernikahan (marital companionship)
2.
Mengurangi spontanitas
hubungan seksual antara suami dan istri
3.
Meningkatkan potensi
kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu dan perhatian,
4.
Menjaga pasangan yang
tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat (Glenn&Mc
Lanchan,1982).
Permasalahan
pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih sering terjadi
dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem lebih
sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah,
sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan
nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi
cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal ini
biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam
berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan
yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak
lainnya. Model pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi
daripada menghindar dalam penyelesaian konfliknya, dan yang lebih
pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya secara spontan
(Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada saat usia
anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan
suami dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak
H.
TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
1.
Menyediakan Tempat
Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga
dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan kemampuan
mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan memungkinkan
penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job security.
Hauenstein dalam penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a.
High stress
neighborhoods à ditandai dengan crowded,
susunan, keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b.
Low stress
neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga
yang stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini
dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang tinggi
tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang
sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja
(pengangguran) dan punya masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa
menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan
memberi tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga
dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai rumah sendiri.
Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke
waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak
keluarga yang tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk
meningkatkan keadaan tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat
tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa
bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda
paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga
kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah adanya penyakit
menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan. Banyak
sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka
ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella
(MMR) adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh
karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau
melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan
gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab keluarga.
Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi
kerusakan gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk
memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi
secara teratur setelah makan yang sering memerlukan monitor dan modeling
dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah
satu penyebab kematian pada anak-anak usia sekolah. Hasil penelitian bahwa anak
laki-laki dua kali lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan anak
perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan
motor. Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan
serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child
abuse merupakan suatu masalah yang
terdapat pada beberapa keluarga. Mendisiplinkan anak dengan cara memukul
mungkin adalah sesuatu yang normal dalam beberapa keluarga dan cukup banyak
persentase orang tua yang mengaku menendang, menggigit, memukul dengan tangan
atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau senjata. Hasil penelitian bahwa
10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi sering menerima
pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada
waktu anak-anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak
mereka sendiri. Physical abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin
tetapi kebanyakan keluarga kaya menggunakan abuse sebagai “accident”.
Banyak keluarga ekonomi bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada
anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang
membantah, menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan
kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan
meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi nasional
yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan secara
teratur dan menggunakan sarana telepon untuk orang tua yang membutuhkan
bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada
semua kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun.
Anak yang menjadi korban incest biasanya takut untuk menceritakannya
pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan diri yang tidak jelas,
kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya masalah urine atau pelvic
yang sakit. Bantuan untuk korban incest dan keluarganya dapat ditemukan
di tempat layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s
centers. Untuk mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian
pendidikan seks di rumah dan di sekolah.
Health
care cost (biaya kesehatan) cenderung
meningkat, tetapi banyak keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk
membantu membiayai biaya rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari
pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi kesehatan.
2.
Keuangan Keluarga
dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran
keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian untuk rumah,
transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira
membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah
keluarga. Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang
lainnya.
Ibu sering
bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan ibu bekerja
pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan
suaminya, tetapi mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang
dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part
time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika anakberada di
sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split shifts memungkinkan
banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan ibu
bekerjatergantung pada pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya,
dukungan suami, usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat
dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif
terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit,
mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual
career familiesmerupakan keluarga dimana
kedua suami dan istri yang mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang
meminta serangkaian perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi dan
komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai kesempatan
mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri adalah
mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah,
mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting
merupakan jalan keluar yang diambil oleh
pasangan yang keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si
rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali ke
keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah
perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk
keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau
dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif
dan kepercayaan antara suami istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga,
keteguhan hati untuk mengatasi masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk
keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan
antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga keseimbangan antara
keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang bekerja
ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak
memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan ibu,
mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa
yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas
rumah tangga sehari-hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk
memulai mempersiapkan makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain
sementara menunggu orang tuanya pulang ke rumah.
3.
Pemberian Tanggung
Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam
keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi ayah
dan anak yang lebih tua.
a.
Partisipasi anak
Partisipasi
anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung bagaimana
keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka bekerja atau
tidak. Anak laki-laki dan perempuan dapat saling membantu untuk memasak dan
membersihkan rumah. Seperti perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan
rumah seperti mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil dan hewan peliharaan.
Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam mengurus rumah sangat
tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b.
Bantuan dari suami
Studi dari
1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit hitam menyukai
pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit putih (Ericksen,
Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing,
bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami
menganggap mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari
istri. Istilah kedua yaitu task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa
mengubah asumsi dasar tentang peran-peran dari pasangan yang menikah. Task
sharing, suami membantu istrinya jika hanya seorang istri membutuhkan
pertolongan suaminya.
Studi di
Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga business class &
working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung
jawab penuh terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih
banyak daripada suami sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami istri
saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar
3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam studi keluarga.
Lewis
(1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika anak
di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak
bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan
saudara kandung (Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri
dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas dalam menjaga anak dan rumah
tangga.
4.
Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah
proses dimana individu dibantu untuk:
a.
diterima dalam anggota
suatu kelompok
b.
mengembangkan sense-nya
sebagai social being
c.
berinteraksi dengan
orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d.
antisipasi terhadap
harapan dan reaksi dari orang lain
e.
persiapan untuk peran
masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi
bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan skills, attitude
dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus
dalam kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau kelompok
yang individu tersebut baru memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih
mengembangkan hubungan dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa
kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara
saling mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll.
Anak-anak usia sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak
tersebut sudah bisa menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan tertarik
dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang berteman dengan berbagai jenis
orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang berbeda tipe, mereka
belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a.
anak mengganggu teman
mainnya yang lain jenis
b.
teman lain suka
menyerang
c.
bermain bersama tapi
tidak sesuai aturan
Keterlibatan
keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai anaknya untuk
mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas sosial dapat
memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya berhubungan dengan
“orang-orang satu jenis” dengannya, karena dapat menghilangkan komponen
pendidikan mereka dalam hidup bermasyarakat.
Orangtua
sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan lain yang
ditekuni oleh anaknya.
5.
Komunikasi Di Dalam
Keluarga dan Anak Usia Sekolah
Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia
sekolah. Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak
bertanya, dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan
masalah awal seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity
menurun secara cepat di usia sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas
menanyakanatau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan
tentang peer mereka.
Diskusi
tentang sex education:
1.
Apa yang terjadi di
dalam tubuh
2.
perbedaan antara 2 sex
3.
perbedaan yang
dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4.
bagaimana menerima dan
dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada perempuan dan seminal emissions pada
laki-laki
5.
bagaimana cara
mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya fungsi glandular
6.
kematangan tubuh apa
yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua
yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan menjaga
komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real mereka
sama baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti
fear(takut), anxiety (cemas), resentment, anger(marah),
dan cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1.
kakak dapat menjadi
teladan bagi adiknya
2.
seorang sibling
mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3.
perbedaan antara sibling
dapat mengembangkan sense
4.
sibling dapat menjadi feedbacker
5.
dapat saling tukar
barang
6.
jembatan untuk mengerti
antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling
coalition dimana anak dikontrol secara
kuat diawalnya sebagai mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin
ikatan sepanjang hidup antar siblings. Anak yang pertama lahir dapat
memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik
dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan
banyak toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum
daripada memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir.
Dalam studi tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya
dibandingkan anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari
rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali oleh anggota
keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus
meluapkan emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah.
Dengan adanya komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut
menggantikan rasa marah atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif.
I.
PROMOSI KESEHATAN SELAMA PERIODE USIA SEKOLAH
Periode usia sekolah
merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku dan kesehatan menuju
kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada periode ini,
pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat. Promosi
praktek kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat
berfokus pada pengembangan perilaku yang secara positif berpengaruh pada status
kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi tujuan kebijakan nasional
dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk nutrisi. Anak usia
sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang memungkinkan mereka
untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga
mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak
usia sekolah. Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan
kesehatan.
J.
MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Kecelakaan dan cedera
merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada anak. Anak usia sekolah
juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan, dan penyakit
jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi
jumlah infeksi hamper 80% dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan
merupakan prevalensi terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada
masa ini.
Beberapa kelompok lebih
mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering kali sebagai akibat adanya
rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental, gangguan belajar,
kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara
anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering
terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan psikologis.
1. Bahaya
Fisik
a.
Penyakit
§ Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya
§ Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
kebersihan diri
b.
Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
§ Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social
§ Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
c.
Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d.
Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e.
Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
2. Bahaya
Psikologis
a.
Bahaya
dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada
anak-anak usia sekolah yaitu :
§ Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di
sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain
§ Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan
membuat anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
§ Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan
sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa
ia berbeda
§ Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan
orang lain, membual akan ditentang oleh temannya
b.
Bahaya
emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi
yang kurang menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c.
Bahaya
bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota
kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan
bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
d.
Bahaya
dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak
puas terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila
konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai stereotip, anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena
konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e.
Bahaya
moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku
anak-anak :
§ Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai
dengan kode orang dewasa
§ Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
§ Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan
§ Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
§ Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
§ Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f.
Bahaya yang
menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
Ø Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh
teman-teman sebaya
Ø Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat
bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g.
Bahaya
hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
§ Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai
peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
§ Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering
mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
§ Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar
dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan
dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya
menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
§ Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya
lebih buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua
cenderung membenci hal itu
§ Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah
mempengaruhi persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu
diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
§ Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai
dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan
orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
§ Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya
pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan
saudara yang dianggap kesayangan orang tua
§ Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai
sikap sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua
akan memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap sianak
§ Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat
orang tua kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis,
negativitas dan perilaku yang sulit.
PENGKAJIAN
A. MASALAH KEPERAWATAN
KESEHATAN KELUARGA
- Komunikasi keluarga disfungsional
- Potensial peningkatan menjadi orangtua, perubahan(krisis) menjadi orangtua, konflik peran orangtua
- Perubahan penampilan peran
- Gangguan citra tubuh
- Koping keluarga tidak efektif (menurun, ketidakmampuan), potensial peningkatan koping keluarga
- Risiko terhadap tindak kekerasan
- Perilaku mencari bantuan kesehatan,
- Gangguan tumbuh kembang,
- Risiko penularan penyakit,
B. PROSES KEPERAWATAN
KELUARGA
Menurut Friedman (1998:54),
Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep
tertentu, teori atau falsafah. Friedman dalam Proses keperawatan keluarga
juga membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian terhadap keluarga , identifikasi masalah keluarga dan individu
atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan
sumber-sumber dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga menurut Effendi (2004) dengan melalui
membina hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga yaitu dengan mengadakan
kontrak dengan keluarga , menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga , menyatakan
kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan – kebutuhan kesehatan yang
dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah dengan keluarga .
Friedman (1998: 55)
menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga terdiri dari lima langkah dasar
meliputi :
1.
PENGKAJIAN
Menurut Suprajitno (2004:29)
pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas
dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan
dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan
menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa
(Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1)
Identitas keluarga yang dikaji
adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga .
2)
Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
a)
Tahap perkembangan keluarga
saat ini è
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti.
b)
Tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi è
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c)
Riwayat keluarga inti
è
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat
keluarga sebelumnya è
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
3)
Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a)
Kebiasaan makan è Kebiasaan
makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh keluarga .
b)
Pemanfaatan fasilitas kesehatan è Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
c)
Pengobatan tradisional è Merupakan pilihan bagi
keluarga untuk menentukan pengobatan yang diinginkan ataupun alternative
pilihan yang dipilih yaitu pengobatan tradisional.
4)
Status Sosial Ekonomi
a)
Pendidikan
Tingkat pendidikan
keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan
pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk
mengambil keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b)
Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak
seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan
dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga .
5)
Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen
(1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan
dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum
terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
6)
Aktiftas
Pola aktifitas
yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap terjadinya
suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
7)
Data Lingkungan
a)
Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan
lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang
baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya suatu penyakit.
b)
Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998
:22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan
sangat mempengaruhi derajat kesehatan.
8)
Struktur keluarga
a)
Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998)
Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan
keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup
ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang
tinggi.
b)
Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga
mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat
menyebabkan stress psikologik.
c)
Struktur peran
Menurut Friedman (1998),
anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan,
maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9)
Fungsi keluarga
a)
Fungsi afektif
Keluarga harus
saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu
permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b)
Fungsi
sosialisasi .
Keluarga
memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada
anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan
ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c)
Fungsi kesehatan
Menurut
suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain diluar rumah.
Hal-hal
yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan
tugas perawatan keluarga adalah :
(a) Untuk
mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang
perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi: pen gertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
(b) Untuk
mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
§ Sejauhmana
kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
§ Apakah
masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
§ Apakah
keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
§ Apakah
keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
§ Apakah
keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.
§ Apakah
keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
§ Apakah
keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
§ Apakah
keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi
masalah.
(c) Mengetahui
sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
termasuk kemampuan memelihara lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
§ Apakah
keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan perawatan yang dibutuhkan
untuk menanggulangi masalah kesehatan/ penyakit.
§ Apakah
keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan.
§ Keterampilan
keluarga mengenai macam perawatan yang diperlukan memadai.
§ Apakah
keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap perawatan yang diperlukan
§ Adakah
konflik individu dan perilaku mementingkan diri sendiri dalam keluarga
§ Apakah
keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam memelihara lingkungan
dimasa mendatang.
§ Apakah
keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
§ Apakah
keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan bagaimana
pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
§ Apakah
keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan (diagnostik, pengobatan
dan rehabilitasi).
§ Bagaimana
falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya perawatan dan pencegahan.
d) Fungsi
reproduksi
Hal yang perlu
dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
(a) Berapa
jumlah anak
(b) Bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
(c) Metode
apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga .
e)
Fungsi ekonomi
Hal yang perlu
dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
(a) Sejauhmana
keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
(b) Sejauhmana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat sdalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga .
10) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur
seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum
terselesaikan
11) Stress
dan Koping keluarga
a.
Stressor jangka pendek dan
panjang
1)
Stressor jangka pendek
yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari 6 bulan.
2)
Stressor jangka panjang
yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari 6 bulan.
b.
Kemampuan keluarga
berespon terhadap situasi/stressor
Hal
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c.
Strategi koping yang
digunakan
Strategi
koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d.
Strategi adaptasi
disfungsional
e.
Strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
c. Pengkajian Lingkungan
1)
Karakteristik rumah
Karakteristik
rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
2)
Karakteristik tetangga dan
komunitas RW
Menjelaskan
mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3)
Mobilitas geografis
keluarga
Mobilitas
geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
4)
Perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.
5)
Sistem
pendukung keluarga
Yang
termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
dari masyarakat setempat.
d. Pengkajian Anak Sekolah
§ Bagaimana karakteristik teman bermain
§ Bagaimana lingkungan bermain
§ Berapa lama anak
menghabiskan waktunya disekolah
§ Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana
yang dimilikinya
§ Bagaimana temperamen anak saat ini
§ Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
§ Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
§ Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
§ Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
§ Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
§ Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat
bermain
§ Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
§ Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
§ Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
§ Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
e. Harapan keluarga
Pada akhir
pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola
interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaborasi dan
koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari
kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan kesehatan.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES dimana untuk problem dapat
digunakan rumusan NANDA.
Tipologi
dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
§
Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
§
Resiko (ancaman kesehatan)
§
Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh
diagnosa keperawatan keluarga ;
a.
Diagnosa Keperawatan keluarga Aktual
1)
Contoh 1
a)
Gangguan nutrisi : kurang
dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.
b)
Gangguan nutrisi : kurang
dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan
keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk mengatasi masalah
kekurangan nutrisi.
c)
Gangguan nutrisi : kurang
dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dangan masalah kekurangan
nutrisi.
Pada
contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga ) mengandung 3 unsur yaitu
ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan
ketidak mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1
(satu) diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam metrumuskan
tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga etiologi tersebut
2)
Contoh 2
Perubahan peran
dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah peran suami
3)
Contoh 3
Keterbatasan
pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak (rematik).
b.
Diagnosa Keperawatan keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data
yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah kurang
bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, dsb.
Contoh
1)
Resiko terjadi konflik pada
keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal masalah komunikasi
2)
Resiko gangguan perkembangan
pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan dengan ketidakmauan
keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.
c.
Diagnosa Keperawatan keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan
dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial
(sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Contoh
1)
Potensial terjadinya
kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak R
2)
Potensial peningkatan
status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga bapak R
3)
Potensial peningkatan
status kesehatan pada pasangan baru menikah keluarga bapak R
Menyusun prioritas
Friedman (1998:64),
menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk
mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan
efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
Cara membuat skor penentuan
prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO
|
KRITERIA
|
SKOR
|
BOBOT
|
1
|
Sifat masalah
· Aktual (Tidak/kurang sehat)
· Ancaman kesehatan
· Keadaan sejahtera
|
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
· Mudah
· Sebagian
· Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensi masalah untuk dicegah
· Tinggi
· Sedang
· Rendah
|
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolnya masalah
· Masalah berat, harus
segera ditangani
· Ada masalah, tetapi
tidak perlu segera ditangani
· Masalah tidak
dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Skoring :
Catatan : Skor
dihitung bersama dengan keluarga
Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
a.
Kriteria 1
Sifat masalah ;
bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
b.
Kriteria 2
Kemungkinan masalah
dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai
berikut :
§
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah
§
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
§
Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
§
Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat
dan dukungan masyarakat
c.
Kriteria 3
Potensi masalah
dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
§
Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
§
Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada
§
Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
§
Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi
untuk mencegah masalah.
d.
Kriteria 4
Menonjolnya
masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat
masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan
intervensi keperawatan keluarga .
Menyusun tujuan
Friedman (1998:64)
menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi kepada
klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif untuk
memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (1998:64)
yaitu:
a.
Tujuan jangka pendek
yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
b.
Tujuan jangka menengah
c.
Tujuan akhir atau
jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
3.
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan.
4.
IMPLEMENTASI
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini ;
a.
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
§
Memberikan informasi
§
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
§
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara :
§
Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
§
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
§
Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara :
§
Mendemonstrasikan cara perawatan
§
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
§
Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d.
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara ;
§
Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
§
Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
§
Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
§
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5.
EVALUASI
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga . Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga . Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal
yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya
berkurang.
O : Hal-hal
yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Analisa
dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan
diagnosa keperawatan.
P :
Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga
Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di http:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan
Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB. Dimuat
dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan-
keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family
Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______. 2009. Konsep
Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html
_______. 2012. Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12 September 2012
di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan-
keluarga -dengan-stroke.html