LAPORAN
PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
A.
DEFINISI
§ Efusi
pleura merupakan suatu gejala yang serius dandapat mengancam jiwa penderita.Efusi
pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan jumlah berlebihan dalam
rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara lain karena
tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia, dan infeksi virus
maupun bakteri (Ariyanti, 2003)
§ Efusi
pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam rongga pleural,
antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001).
§ Efusi
pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi
sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
B.
KLASIFIKASI
1. Efusi
pleura transudat
Pada efusi jenis transudat ini keseimbangan kekuatan
menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah. Mekanisme terbentuknya
transudat karena peningkatan tekanan hidrostatik (CHF), penurunan onkotik
(hipoalbumin) dan tekanan negative intra pleura yang meningkat (atelektaksis
akut).
Ciri-ciri cairan:
a. Serosa
jernih
b. Berat
jenis rendah (dibawah 1.012)
c. Terdapat
limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil
d. Protein
< 3%
Penimbunan cairan transudat dalam rongga pleura
dikenal dengan hydrothorax, penyebabnya:
a. Payah
jantung
b. Penyakiy
ginjal (SN)
c. Penyakit
hati (SH)
d. Hipoalbuminemia
(malnutrisi, malabsorbsi)
2. Efusi
pleura eksudat
Eksudat ini terbentuk sebagai akibat penyakit dari
pleura itu sendiri yang berkaitan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
(missal pneumonia) atau drainase limfatik yang berkurang (missal obstruksi
aliran limfa karena karsinoma). Ciri cairan eksudat:
a. Berat
jenis > 1.015 %
b. Kadar
protein > 3% atau 30 g/dl
c. Ratio
protein pleura berbanding LDH serum 0,6
d. LDH
cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal
e. Warna
cairan keruh
Penyebab dari efusi eksudat ini adalah:
a. Kanker
: karsinoma bronkogenik, mesotelioma
atau penyakit metastatic ke paru atau permukaan pleura.
b. Infark
paru
c. Pneumonia
d. Pleuritis
virus
C.
ETIOLOGI
- Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior
- Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. DiIndonesia 80% karena tuberculosis.
- Penyebab lain dari efusi pleura adalah:
a. Gagal
jantung
b. Kadar
protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia
e. Tuberculosis
f. Emboli
paru
g. Tumor
h. Cidera
di dada
i.
Obat-obatan (hidralazin, prokainamid,
isoniazid, fenitoin klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen,
prokarbazin).
j.
Pemasangan selang untuk makanan atau
selang intravena yang kurang baik.
D.
PATOFISIOLOGI
DAN PATHWAY
PATOFISIOLOGI
Dalam
keadaan normal tidak ada rongga kosong
antara pleura parietalis dan pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20
cc yang merupakan lapisan tipis serosa
dan selalu bergerak teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara
kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di
ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di
absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura
parietalis dan tekanan osmotic koloid
pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik
dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya
banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga
pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan
ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o
dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2o. Keseimbangan tersebut
dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa
paru.
Terjadi infeksi
tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui
saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini
akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local)
dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis
regional). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas
membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui
focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah
saluran getah bening yang menuju rongga
pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun
bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa
paru adalah merupakan eksudat, yaitu
berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung leukosit antara 500 – 2000. Mula –
mula yang dominan adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel
limfosit, Cairan effusi sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya
cairan effusi bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat
adanya effusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain :
Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat , pergerakan
dada asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan
berat badan menurun.
PATHWAY
E.
TANDA
DAN GEJALA
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan,setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak,
penderitaakan sesak napas
2. Adanya gejala-gejala penyakit
penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeridada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi, jika terjadi mpenumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan
fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karenacairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan,
fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung(garis Ellis
Damoiseu)
5. Didapati
segitiga Garland yaitu daerah yang pada perkusi redup, timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco- Rochfusz, yaitu daerah pekak karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada
permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura
F.
KOMPLIKASI
- Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)
- Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
- Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)
- Laserasi pleura viseralis
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Rontgen
dada
2. CT scan dadaRontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
3. USGdadaCT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.4. Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).5. Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa.
Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.6. Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.7. Analisa cairan pleuraEfusi pleura didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam. Bila efusi pleura telah didiagnosis, penyebabnya harus diketahui, kemudian cairan pleura diambil dengan jarum, tindakan ini disebut thorakosentesis. Setelah didapatkan cairan efusi dilakukan pemeriksaan seperti:a. Komposisi kimia seperti protein, laktat dehidrogenase (LDH), albumin, amylase, pH, dan glucoseb. Dilakukan pemeriksaan gram, kultur, sensitifitas untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi bakteric. Pemeriksaan hitung sel8. Sitologi untuk mengidentifikasi adanya keganasanLangkah selanjutnya dalam evaluasi cairan pleura adalah untuk membedakan apakan cairan tersebut merupakan cairan transudat atau eksudat. Efusi pleura transudatif disebabkan oleh faktor sistemik yang mengubah keseimbangan antara pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Misalnya pada keadaan gagal jantung kiri, emboli paru, sirosis hepatis. Sedangkan efusi pleura eksudatif disebabkan oleh faktor lokal yang mempengaruhi pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Efusi pleura eksudatif biasanya ditemukan pada Tuberkulosis paru, pneumonia bakteri, infeksi virus, dan keganasan
H.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1.
Aspirasi cairan pleura
Punksi
pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi ditujukan pula untuk
melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya
desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang boleh diaspirasi
ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi. Makin
lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang bisa
diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul
dengan tindakan aspirasi :
a.
Trauma
Karena
aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah,
saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat
menyebabkan pneumothorak.
b.
Mediastinal Displacement
Pindahnya
struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut.
Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali
struktur mediastinal. Tekanan negatif
yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan
keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c.
Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan
hipoproteinemia.
Pada
aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga
pengaruh pokok :
1) Menyebabkan
berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat menyebabkan anemia,
hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam tubuh
2) Aspirasi
cairan pleura menimbulkan tekanan cavum
pleura yang negatif sebagai
faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
3) Aspirasi
pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.
2. Water Seal Drainage
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi
bila WSD ini dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi
selain hasilnya yang kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini
disebabkan pembentukan cairan karena
malignancy adalah karena erosi pembuluh
darah. Oleh karena itu penggunaan citostatic misalnya
tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat lainnya
seperi atabrine atau penggunaan talc
poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada
faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan
pleura dapat pula menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi
thoracosintesis yang berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :
4. Thoracosintesis
Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang
dan dapat pula dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi
untuk melakukan torasentesis adalah :
a. Menghilangkan
sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga plera.
b. Bila
therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
c. Bila
terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari
1000 cc, karena pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah
yang banyak dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
Kerugian :
a. Tindakan
thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura.
b. Dapat
menimbulkan infeksi di rongga pleura.
c. Dapat
terjadi pneumothoraks.
5. Radiasi
Radiasi
pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena kerusakan
aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat laporan
berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor mediastinum..
ASUHAN
KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b.
Keluhan Utama
1)
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2)
Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat
iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk
dan bernafas serta batuk non produktif.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya.
d.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya
f.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
g.
Pengkajian Pola Fungsi
-
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
-
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya
penyakit.
h.
Pola nutrisi dan metabolisme
-
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita
perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien,
-
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum
dan selama MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
-
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses
penyakit. pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
i.
Pola eliminasi
-
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
-
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
j.
Pola aktivitas dan latihan
-
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan
kurang terpenuhi
-
Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal.
-
Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya
akibat adanya nyeri dada.
-
Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan
pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
oleh perawat dan keluarganya.
k.
Pola tidur dan istirahat
-
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu
tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
-
Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
l.
Pemeriksaan Fisik
1)
Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
2)
Sistem Respirasi
- Inspeksi Pada pasien effusi
pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga mendatar, ruang antar iga
melebar, pergerakan pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah
hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.
RR cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.
- Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi
pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga
ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
- Suara perkusi redup sampai pekak
tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura,
maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral
atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis
Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di
punggung.
- Auskultasi Suara nafas menurun
sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan
dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan
ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas
atas cairan.
3)
Sistem Cardiovasculer
-
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis,
normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
-
Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health
rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,
perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.
-
Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah
jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung
atau ventrikel kiri.
-
Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II
tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah
jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
4)
Sistem Pencernaan
-
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau
tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau
massa.
-
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus
dimana nilai normalnya 5-35kali per menit.
-
Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri
tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.
-
Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat
atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta,
tumor).
5)
Sistem Neurologis
-
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji
Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen
atau comma
-
Pemeriksaan refleks patologis dan refleks
fisiologisnya.
-
Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji
seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
6)
Sistem Muskuloskeletal
-
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema
peritibial
-
Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui
tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.
-
Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan
kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.
7)
Sistem Integumen
-
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna
ada tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak
cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O2.
-
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan
kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta
turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
(akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses
inflamasi
- Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan
napas
- Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru,
kerusakan membran alveolar kapiler
- Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder
akibat dyspnea
- Kurang
pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai
proses penyakit dan pengobatan
3.
RENCANA KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
NOC
|
NIC
|
1
|
Bersihan
Jalan Nafas tidak Efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan
napas
|
NOC :
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Aspiration
Control
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang
dapat menghambat jalan nafas
|
NIC :
Airway
suction
§ Pastikan
kebutuhan oral / tracheal suctioning
§ Auskultasi
suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
§ Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
§ Minta klien
nafas dalam sebelum suction dilakukan.
§ Berikan O2
dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
§ Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
§ Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
§ Monitor status
oksigen pasien
§ Ajarkan
keluarga bagaimana cara melakukan suksion
§
Hentikan suksion
dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway
Management
·
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo bila
perlu
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
·
Lakukan suction
pada mayo
·
Berikan
bronkodilator bila perlu
·
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl Lembab
·
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor respirasi
dan status O2
|
2.
|
Pola Nafas tidak efektif b.d penurunan
ekspansi paru (akumulasi udara/cairan)
|
NOC :
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Vital sign
Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
v Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway Management
·
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo bila
perlu
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
·
Lakukan suction
pada mayo
·
Berikan
bronkodilator bila perlu
·
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl Lembab
·
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor respirasi
dan status O2
Terapi Oksigen
·
Bersihkan mulut,
hidung dan secret trakea
·
Pertahankan jalan nafas yang paten
·
Atur peralatan oksigenasi
·
Monitor aliran oksigen
·
Pertahankan posisi pasien
·
Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
·
Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ Catat adanya
fluktuasi tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
§ Monitor TD,
nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
§ Monitor
kualitas dari nadi
§ Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor suara
paru
§ Monitor pola
pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
§ Monitor
sianosis perifer
§ Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
3.
|
Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran
alveolar kapiler
|
NOC :
v Respiratory
Status : Gas exchange
v Respiratory
Status : ventilation
v Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
yang adekuat
v Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda
tanda distress pernafasan
v
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
v
Tanda tanda vital
dalam rentang normal
|
NIC :
Airway Management
·
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
·
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi
pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
·
Pasang mayo bila
perlu
·
Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan
·
Lakukan suction
pada mayo
·
Berika
bronkodilator bial perlu
·
Barikan pelembab
udara
·
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory Monitoring
·
Monitor rata –
rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
·
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
·
Monitor suara
nafas, seperti dengkur
·
Monitor pola
nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
·
Catat lokasi trakea
·
Monitor kelelahan
otot diagfragma (gerakan paradoksis)
·
Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
·
Tentukan
kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas
utama
·
auskultasi suara
paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
|
4.
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan makan sekunder akibat
dyspnea
|
NOC :
v Nutritional
Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
v Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
v Berat badan
ideal sesuai dengan tinggi badan
v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak ada
tanda tanda malnutrisi
v Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition Management
§ Kaji adanya
alergi makanan
§ Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
C
§ Berikan
substansi gula
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
§ Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
§ BB pasien
dalam batas normal
§ Monitor adanya
penurunan berat badan
§ Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
§ Monitor
lingkungan selama makan
§ Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama jam makan
§ Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor
kulit
§ Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual
dan muntah
§ Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor
makanan kesukaan
§ Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
|
5.
|
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan
pengobatan
|
NOC :
v Kowlwdge :
disease process
v Kowledge :
health Behavior
Kriteria Hasil :
v Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
v Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
v Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
|
NIC :
Teaching :
disease Process
·
Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
·
Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
·
Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
·
Gambarkan
proses penyakit, dengan cara yang tepat
·
Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
·
Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
·
Hindari
harapan yang kosong
·
Sediakan bagi
keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
·
Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
·
Diskusikan
pilihan terapi atau penanganan
·
Dukung pasien
untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
atau diindikasikan
·
Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
·
Rujuk pasien
pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
·
Instruksikan
pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
|
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi. 2010. Definisi dan Klasifikasi
Efusi Pleura. Diakses pada tanggal 8 April 2012 pada http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/05/definisi-dan-klasifikasi-efusi-pleura.html
Brunner &
Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et
all, 2002, Nursing
Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA Intervention Project,
Mosby.
Mc Closkey,
C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner
and Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
It is also versatile, it complements all types of costumes and suits
ReplyDeleteboth formal and informal occasions. Text services are still at
their infancy, but a large number of affiliates are already using this method to stay connected with their customers and to promote special offers.
Massage well on your hair, and shampoo after about an hour.
Feel free to surf to my web-site ... simpsons tapped out unlimited donuts android; ,